Rabu 07 Nov 2018 04:54 WIB

Politisi Muslim Kian Jadi Target Islamofobia dalam Pemilu AS

Para politisi Muslim itu dituduhkan akan mengubah konstitusi negara.

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Kelompok Muslim Amerika Serikat mengampanyekan anti Islamofobia
Foto: world bulletin
Kelompok Muslim Amerika Serikat mengampanyekan anti Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, GEORGIA -- Calon anggota parlemen (House of Representatives) yang beragama Islam, Aisha Yaqoob, menjadi target kampanye hitam dari pendukung Donald Trump saat pemilu sela di AS menjadi target kampanye hitam dari pendukung Donald Trump. 

Aisha Yaqoob, merupakan Muslimah yang maju sebagai kandidat calon anggota parlemen di distrik ke 97, Georgia dari Partai Demokrat.  

Bukan hanya Aisha, kampanye hitam dan sasaran kebencian berdasarkan islamofobia ini juga dialamatkan kepada semua kandidat calon anggota parlemen Muslim di berbagai negara bagian. Gelombang islamofobia ini dilancarkan kelompok sayap kanan yang mayoritas pendukung Trump ke semua kandidat Muslim.

Komentar kebencian dan rasial terus menyerang Aisha Yaqoob baik secara langsung maupun melalui berbagai platform media sosial. Kelompok sayap kanan ini mempermasalahkan keyakinan dan identitas rasial Aisha dengan tuduhan ingin mengubah konstitusi negara dengan menerapkan syariat Islam ke Amerika.

"Itu bukanlah program dan rencana saya. Saya harus memastikan kepada orang orang siapa saya sebelum saya bicara atau meminta suara mereka, " kata Aisha dilansir dari Huffington Post, Selasa (6/11).

Sikap kebencian anti-Islam atau islamofobia di AS bukanlah hal baru. Namun sikap kebencian ini terus meningkat saat Donald Trump menjadi Presiden AS. Kelompok sayap kanan yang sebagian pendukung Trump, dengan berbagai upaya menghancurkan kredibilitas kandidat calon parlemen muslim.

Tujuannya jelas agar calon-calon Muslim tidak mendapatkan suara dan tidak menjadi bagian dari House of Representatif. "Mereka menciptakan rasa takut terhadap Islam yang seolah akan menciptakan iklim politik baru," kata seorang peneliti di IDLab, dari the Harvard Kennedy School’s Shorenstein Center on Media, Politics and Public Policy.

Taktik paling umum yang dicatat pusat penelitian adalah tuduhan palsu terhadap kandidat Muslim yang memiliki hubungan dengan terorisme dan ekstremisme. Salah satu contohnya dapat ditemukan di Minnesota, di mana kandidat Muslim dari Demokrat, Ilhan Omar, akan mencalonkan diri untuk Distrik Kongres ke-5 Minnesota.

Omar yang mantan pengungsi Somalia, akan menjadi Muslim pertama keturunan Somalia-Amerika pertama di Kongres. Muslim saat ini hanya memiliki dua dari 535 kursi di Kongres. Terlepas dari kualifikasinya dan seperti Aisha, Omar terus-menerus diserang.

Taktik semacam itu sejalan dengan meningkatnya islamofobia di AS. Bulan lalu sebuah laporan dari advokat Muslim mendokumentasikan lusinan kandidat yang menjalankan strategi anti-Muslim. Mereka menyerukan klaim bahwa Muslim ingin mengambil alih pemerintahan AS, mengubah konstitusi negara dan menerapkan syariah Islam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement