Senin 08 Oct 2018 08:36 WIB

Liga Muslim Dunia Usulkan Kafilah Perdamaian Multiagama

Lebih dari separuh milisi ISIS berasal dari keturunan Eropa.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi - milisi ISIS.
Foto: abc
Ilustrasi - milisi ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Liga Dunia Muslim menyalahkan islamofobia dan nasionalisme sayap kanan terkait peningkatan jumlah milisi ISIS dari Eropa. Lebih dari separuh milisi ISIS berasal dari keturunan Eropa.

Dilansir di The National, Sabtu (6/10), Sekretaris Jenderal Liga Dunia Muslim, Mohammed bin Abdul Karim Al Issa mengatakan solusi perdamaian untuk menjawab pertanyaan orang Palestina juga menjadi kunci untuk menolak ekstremis sebagai alat rekrutmen. Karena itu, dia menyerukan kafilah perdamaian dari tiga agama Ibrahim, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi, mengunjungi Yerusalem untuk mempromosikan dialog antara pihak bertikai.

Hal itu disampaikan dalam konferensi "Persesuaian Budaya antara Amerika Serikat dan Dunia Muslim" di New York yang untuk mempromosikan dialog antaragama dan budaya. Al Issa yang mengambilalih kepemimpinan Liga Dunia Muslim dua tahun lalu, mencoba menyuarakan upaya Putra Mahkota Mohammad bin Salman mempromosikan Islam yang lebih moderat.

Al Issa menekankan Liga Muslim Dunia berupaya membangun dan menjalankan masjid yang ditujukan menjadi simbol moderasi dan memerangi ekstremisme. Sebab, ia menekankan banyak masalah berbaring dengan islamofobia yang terjadi di Eropa.

“Sayap kanan nasionalis dari beberapa negara Eropa telah benar-benar dimasukkan ke dalam narasi ekstremis ISIS. Mereka menyebarkan kebencian pada pemuda Muslim yang salah arah dan mendorong mereka menuju ekstremisme,” ujar dia.

Selama ini, ia mengatakan, pemuda Muslim yang lahir dan besar di Eropa, ternyata tidak diterima hak nasionalisnya. Kondisi itu dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis ISIS.

“Menurut statistik kami, lebih dari 50 persen dari mereka yang bergabung dengan ISIS sebagai tentara adalah keturunan Eropa,” ujar dia.

Al Issa mengatakan semua agama rentan terhadap ekstremis yang mengeksploitasi konflik. Saat ini, nasib rakyat Palestina adalah salah satu kondisi yang dimanfaatkan sebagai pembenaran kebencian.

“Situasi saat ini terlalu berdarah. Satu-satunya orang yang memanfaatkan ini adalah ekstremis dan orang-orang dengan agenda politik,” kata dia.

Al Issa mengatakan para korban adalah warga sipil tak bersalah yang terperdaya. Karena itu, perlu ada solusi melindungi warga sipil dari semua sisi. Al Issa menyerukan konferensi itu mendukung gagasannya untuk menghadirkan kafilah ke Yerusalem mempromosikan perdamaian.

“Konvoi ini harus mewakili tiga agama untuk mengunjungi semua tempat suci di Yerusalem untuk berdialog menyelesaikan krisis ini,” ujar dia.

Putra Mahkota Saudi Mohammad mengaku Kerajaan Arab Saudi (KSA) mencapai banyak hal di Timur Tengah dalam melawan ekstremisme, ideologi ekstremis, terorisme, dan ISIS.

“Banyak narasi ekstremis telah dihancurkan dalam dua tahun terakhir, jadi ini adalah inisiatif yang kuat,” kata Putra Mahkota Mohammed.

Dia berkomitmen mengambil tindakan keras terhadap ekstremis di Arab Saudi. Otoritas Saudi telah menangkap sekitar 1.500 orang selama tiga tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement