Jumat 22 Jun 2018 06:45 WIB

Mengintip Menu Khas Idul Fitri di Saudi

Hari pertama Idul Fitri, selepas shalat Ied warga akan menikmati makanan tradisional.

Rep: mgrol105/ Red: Andi Nur Aminah
Ta'ateemah, aneka hidangan ringan untuk sarapan di Hari Raya Idul Fitri di Arab Saudi.
Foto: Arabnews
Ta'ateemah, aneka hidangan ringan untuk sarapan di Hari Raya Idul Fitri di Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Ta'ateemah adalah nama dari pesta sarapan Hijazis yang dinikmati pada hari pertama Idul Fitri. Dilansir Arabnews, kata ta’ateemah berasal dari bahasa Arab, yaitu itmah yang berarti kegelapan. Makanan yang disuguhkan saat sarapan adalah makanan yang ringan, sama seperti camilan saat tengah malam.

Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Fitri untuk berpesta setelah berpuasa selama bulan suci Ramadhan. Hari pertama Idul Fitri adalah hari di mana mereka menyapa hari dengan sukacita sambil menuju Shalat Idul Fitri dan kemudian menikmati makanan tradisional khas Idul Fitri.

Amal Turkistani, ibu lima anak dari Makkah yang kini tinggal di Jeddah, menjelaskan semua tentang hidangan khas Idul Fitri. “Hidangan paling terkenal adalah dibyaza, dan untuk membuat hidangan itu seperti membuat karya seni, dan saya dengan bangga dapat mengatakan saya dapat membuat hidangan itu dengan baik. Dibyaza terbuat dari aprikot kering yang meleleh, kacang panggang, buah ara, buah persik dan kurma yang manis untuk membuat marmalade, yakni hidangan yang bisa dinikmati dengan atau tanpa roti,” kata Turkistani.

Dia mengungkapkan, dibyaza bukanlah makanan cepat saji. Biasanya disiapkan satu atau dua hari sebelum Idul Fitri dengan bahan-bahan yang direbus untuk mencapai ketebalan cairan yang diinginkan. Tidak ada yang bisa melacak asal-usul dibyaza. Beberapa orang mengklaim, makanan itu berasal dari Turki, sementara yang lain menghubungkannya dengan orang India.

Sejumlah wanita yang terkenal karena dibyaza setuju bahwa itu adalah hidangan Makkawi. Hidangan selai ini dikembangkan dan diperbarui, dengan detail-detail kecil untuk membedakannya. Dibyaza juga mirip dengan hidangan Mesir yang disebut khoshaf. Tetapi dibyaza sering bermitra dengan shureik, yakni roti berbentuk donat dengan wijen ditaburi di atasnya.
Turkistani mengatakan toko-toko menjual sekilo dibyaza seharga SR50 (13 dolar AS). Namun dia menyebut dibyaza selalu lebih enak ketika dibuat sendiri. "Ini cara yang bagus untuk menyapa keluarga dan tetangga dengan hidangan istimewa, yang hanya dapat dinikmati setahun sekali,” ujar dia.

Adik perempuannya, Fatin, mengatakan, saudara-saudaranya selalu sarapan Idul Fitri di tempatnya. Karena itu, dia yang mempersiapkan hidangan sarapan. "Saya menyiapkan dua hidangan utama yakni minazalla, yang merupakan sup daging domba dengan tahini dan sup ayam tomat,” katanya.

Dia juga menyajikan apa yang kita sebut dengan nawashif, atau makanan kering. Seperti berbagai jenis keju dan zaitun, acar lemon, labneh, merah, campuran keju putih, yogurt dan cabai serta halwa tahini,” kata Turkistani.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement