Rabu 04 Apr 2018 20:05 WIB

Warga Inggris Dukung Muslim di 'Hari Menghukum Muslim'

Tagar #LoveAMuslimDay dan #WeStandTogether muncul untuk mendukung Muslim.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Muslim muda Inggris.
Foto: Reuters/Olivia Harris
Muslim muda Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Warganet Inggris menunjukkan dukungannya pada komunitas Muslim seiring kampanye Hari Menghukum Muslim pada Rabu, 3 April. Sejumlah tagar berlawanan menjadi trending, seperti #LoveAMuslimDay dan #WeStandTogether.

Kepolisian juga masih melakukan penyelidikan terkait selebaran anti-Islam yang menyebar di seluruh Inggris. Surat tersebut berisi ajakan melakukan pelecehan dan kekerasan terhadap Muslim secara bersamaan pada 3 April.

Para pemimpin komunitas di Inggris menenangkan umat Islam agar tidak termakan isu. Warganet juga meminta komunitas Muslim mengabaikan segala ancaman. Hingga saat ini, Kepolisian Metro menyampaikan tidak ada informasi valid terkait potensi kriminal.

photo
Beredar surat kaleng berisi tentang 3 April sebagai Hari Menghukum Muslim di Inggris.

"Kami akan meminta komunitas lokal ikut serta dalam kampanye #WeStandTogether," kata mereka dalam pernyataan dikutip BBC.

Menurut organisasi anti-rasialisme Tell Mama, ada 20 kasus penerimaan surat anti-Muslim, termasuk pada empat anggota parlemen. Kemarin, Tell Mama mengeluarkan tips di Twitter untuk warga Muslim dalam menghadapi 3 April. Mereka meminta agar melaporkan setiap aksi mencurigakan, pelecehan dan kekerasan terkait rasialisme.

Pendiri forum She Speaks We Hear, Akeela Ahmed juga menyarankan Muslim berhati-hati pada berita yang menyebar di media sosial. Banyak berita palsu yang bisa saja muncul dan menimbulkan kegaduhan.

"Tolong jangan bagikan status, video atau apa pun yang belum tentu kebenarannya," kata dia.

Perempuan Muslim yang memakai cadar atau hijab panjang juga diminta lebih memproteksi diri. Beberapa menyarankan agar warga Muslim sebaiknya tidak keluar rumah pada hari tersebut. Meski banyak informasi bermunculan, sejumlah Muslimah memilih beraktivitas seperti biasa.

Pendiri organisasi kesehatan mental Generation Reform, Asha Iqbal mengatakan ia akan tetap pergi kerja. Meski demikian, ia memberi saran agar tetap waspada dan peduli pada sekitar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement