Selasa 27 Mar 2018 15:25 WIB

Polisi Sri Lanka Diduga Terlibat Kekerasan Anti-Muslim

Hal ini disimpulkan setelah mengumpulkan testimoni sejumlah saksi, otoritas dan CCTV.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Tentara Sri Lanka berdiri di dekat toko yang dirusak di Kandy, Sri Lanka, 8 Maret 2018.
Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte
Tentara Sri Lanka berdiri di dekat toko yang dirusak di Kandy, Sri Lanka, 8 Maret 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, KANDY -- Kepolisian dan politikus dituduh mendukung mantan presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa dalam aksi kekerasan melawan Muslim di distrik Kandy, Sri Lanka bulan ini. Reuters menyimpulkan hal ini setelah mengumpulkan testimoni sejumlah saksi, otoritas hingga rekaman CCTV.

Sejumlah masjid, rumah dan toko hancur dalam kerusuhan pelik selama kurang lebih tiga hari di Kandy. Padahal tempat ini dulunya terkenal karena keharmonisan dan toleransi meski berlatar belakang perbedaan.

Pemerintah mengumumkan kondisi darurat dan memblokir media sosial selama sepekan untuk meredam situasi. Namun belakangan muncul spekulasi otoritas ikut berada dibalik kerusuhan.

Rajapaksa menyangkal tuduhan keterlibatan yang mengarah padanya. Ia atau pemimpin partainya yang lain bersikeras tidak terlibat. Kepolisian mengatakan tuduhan-tuduhan terhadap kepolisian dan pejabat pemerintahan sedang diinvestigasi.

Sejumlah korban dan saksi mengatakan anggota sebuah unit elite paramiliter kepolisian, Special Task Force (STF) melakukan kekerasan pada pemimpin dan ulama Muslim. Klaim ini diperkuat dengan rekaman CCTV yang dilihat Reuters.

"Mereka datang untuk menyerang," kata seorang ulama di masjid lokal, AH Ramees.

Di masjidnya, sejumlah jamaah mengaku dipukuli oleh polisi yang seharusnya melindungi mereka. "Mereka berteriak dengan kata-kata kasar, seakan semua masalah karena kami, seperti kami teroris," katanya.

Komandan lokal STF menolak berkomentar. Juru bicara pasukan kepolisian nasional, STF, Ruwan Gunasekera mengatakan unit penyelidikan khusus sedang menyelidiki kekurangan polisi dalam insiden itu. Unit lain juga memeriksa peran aktor-aktor politik.

Menurut pengamat dan dua sumber pemerintahan, kerusuhan ini adalah yang bentrokan terbaru akibat meningkatnya nasionalisme komunitas Buddha dan sentimen anti-Muslim di wilayah. Kondisi diperparah karena marahnya pemerintah multietnis Sri Lanka yang menumbangkan Rajapaksa pada 2015.

Mayoritas penduduk Sri Lanka adalah komunitas Buddha dengan jumlah mencapai 70 persen. Komunitas Hindu menempati posisi kedua dengan 13 persen dari populasi sementara Muslim sekitar sembilan persen.

Menurut Menteri Hukum dan Ketertiban Sri Lanka Ranjith Madduma Bandara, kekerasan di Kandy ini terorganisir dengan baik. Ia menuduh partai politik yang mendukung Rajapaksa, Sri Lanka Podujana Peramuna (SLPP) berada dibalik ini semua.

Rajapaksa menang besar dalam pemilu bulan lalu. Dalam sebuah konferensi pers, ia mengatakan tuduhan terhadapnya bermotif politik. "Pada kenyataannya, pemerintah menggerakkan kekerasan untuk mendapatkan suara Muslim dan mengalihkan perhatian dari ketidakmampuannya," kata dia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement