Kamis 15 Mar 2018 05:37 WIB

Rencana Mushala di Blackburn Masih Jadi Perdebatan

Warga setempat menilai pembangunan tempat ibadah berbahaya.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Inggris menunaikan shalat Jumat. Islam berkembang sangat pesat di negara Ratu Elizabeth tersebut.
Foto: Daily Mail
Muslim Inggris menunaikan shalat Jumat. Islam berkembang sangat pesat di negara Ratu Elizabeth tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, BLACKBURN -- Permohonan rencana untuk menyediakan fasilitas ibadah shalat bagi umat Muslim di Blackburn, Lancashire, Inggris baru disetujui sementara. Jika proposal disetujui, mushala yang rencananya dibangun di Beardwood Brow tersebut bisa menampung sekitar 30 jamaah.

Namun, rencana penyediaan fasilitas ibadah itu masih mendapatkan sejumlah penentangan. Sejumlah oposisi yang bersikukuh telah menyuarakan penentangan terhadap proposal tersebut.

Otoritas lokal Blackburn with Darwen Council telah menerima 170 surat keberatan terkait rencana fasilitas ibadah tersebut. Namun, otoritas lokal juga menerima 56 surat yang mendukung rencana itu.

Kelompok Ibadah umat Muslim Beardwood berencana mengubah sebuah bangunan rumah (bungalow) yang terpisah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Di sisi lain, para penentang proposal mengatakan fasilitas tersebut tidak sesuai untuk area yang akan digunakan dan dianggap merugikan karakter perumahan.

Mereka mengklaim fasilitas itu akan berbahaya bagi warga setempat mengingat mobil yang tiba dan pergi setiap saat sepanjang hari. Selain itu, meningkatnya arus lalu lintas dan penyediaan parkir yang tidak memadai juga menjadi perhatian mereka.

Sementara itu, petugas perencanaan mengatakan, proposal tersebut akan menjadi fasilitas bagi masyarakat yang tidak terlalu diketahui banyak orang dan karenanya persetujuan harus diberikan untuk proposal tersebut. Mereka mengusulkan rencana penyediaan fasilitas ibadah itu diberikan izin selama dua tahun agar dapat dipantau.

Anggota komite perencanaan akan memutuskan untuk mengikuti rekomendasi itu atau tidak pada rapat komite perencanaan dan jalan raya yang akan diadakan pada Kamis (15/3) waktu setempat. Dalam laporan sebelumnya, komite perencanaan dan jalan raya mengatakan pagar rumah tidak akan menghentikan semua kebisingan.

Karenanya, untuk mengurangi dampak dari penggunaan fasilitas yang diusulkan, dipertimbangkan jam penggunaan harus dibatasi antara pukul 07.00 hingga 22.00. Mereka juga mempertimbangkan tidak ada pelaksanaan shalat Jumat dan tidak ada seruan azan.

"Ini akan memastikan kemudahan dari warga terdekat yang terlindungi dan bangunan akan digunakan sebagai sebuah pusat ibadah dan bukan masjid seperti yang dikhawatirkan sejumlah penduduk setempat," demikian pernyataan komite perencanaan dan jalan raya, seperti dilansir di Lancashire Telegraph, Rabu (14/3).

Komite perencanaan tersebut mengatakan sejumlah besar kekhawatiran telah muncul. Mereka menilai penggunaan ruang shalat itu dianggap tidak tepat di lokasi perumahan tersebut karena sifatnya yang berada di pinggiran kota.

Komite mengakui perubahan menjadi pusat ibadah akan menghasilkan perubahan karakter terhadap properti tersebut. Hal itu karena meningkatnya jumlah orang yang mendatangi pusat ibadah itu, baik dengan berjalan kaki maupun dengan menggunakan mobil.

Mereka mempertimbangkan kondisi yang diusulkan untuk membatasi jam buka, tidak ada pelaksanaan shalat Jumat, melarang seruan azan, memasang peredam bunyi, dan memastikan pagar pembatas dipertahankan. Hal tersebut menurut komite akan menjamin pusat ibadah beroperasai sebagai fasilitas yang tidak menimbulkan kebisingan bagi masyakarat setempat. Hal itu memastikan tidak akan ada kerusakan yang nyata terhadap sifat hunian daerah tersebut dan karenanya sesuai dengan kebutuhan kebijakan rencana lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement