Senin 11 Feb 2019 22:00 WIB

Mimpi Umat Islam di Liuthania Bangun Islamic Center

Pemerintah Liuthania akui eksistensi umat Islam

Pembangunan masjid   (ilustrasi).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pembangunan masjid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Diperkirakan, sekira 3.000 Muslim Tatar ada di Lituania. Data ini berdasarkan sensus yang pernah dilakukan pada 2001. Jumlah tersebut hanya menempati persentase sekira 0,1 persen dari tiga juta penduduknya. Sebagian besar Muslim Lituania mengikuti Mazhab Hanafi.

Sebuah surat kabar lokal, Litovskiy Kuryer, pada 2010 pernah mengadakan tanya jawab dengan imam Romas Jakubauskas. Kiranya kehidupan Muslim Lituania menarik perhatian publik.

Jakubauskas membeberkan rencana besar Muslim Lituania tentang masjid baru. Muslim setempat berharap mempunyai Islamic Center. Tempat di mana banyak kegiatan keagamaan bisa berlangsung. Seperti diskusi, silaturahmi, pembelajaran Alquran, acara-acara Islami, dan pemakaman Muslim. Rencananya, Islamic Center akan dibangun di Naujininkai.

Ia menjelaskan, ini bukan pertama kali umat Islam mencoba mendapatkan sebidang tanah untuk pusat kegiatan Islam. Tapi, ini adalah pertama kalinya hal-hal yang benar-benar mulai terlihat kemajuannya. 

Jakubauskas menjelaskan, Lituania adalah Negara yang mengakui semua agama. Termasuk Islam yang diakui secara resmi. Meski umat Muslim pernah bermasalah dengan sistem pemerintahan Lituania sebelumnya.

Sebenarnya, menurut Jakubauskas, Islam tak pernah mempunyai masalah apapun dengan negara ini. Lituania juga negara yang selalu mendukung Islam, baik sebelum maupun sesudah menyatakan kemerdekaannya.

“Semua orang tahu sejarah, Muslim datang ke Lituania atas undangan dari sang penguasa. Inilah mengapa, pemerintah selalu toleran terhadap kita,” katanya melanjutkan.

Ia mengatakan, ada sekitar 3.000 bangsa Tatar di negara yang mempunyai luas wilayah 65 ribu km persegi. Namun, secara keseluruhan, ada sekira 7.000-10 ribu Muslim di Lituania. Namun jumlah tersebut terus menurun, lantaran banyak yang memilih bekerja di luar negeri. Ditambah dengan situasi perekonomian negara yang kurang mendukung bagi Muslim. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement