Kamis 15 Nov 2018 11:10 WIB

Pusat Islam McLean Berjuang agar Batasan Jam Ibadah Dicabut

Ada pembatasan jam ibadah jamaah terutama saat waktu Shalat Subuh.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Andi Nur Aminah
Salah satu pusat Islam Amerika Serikat. (ilustrasi)
Foto: Chris Morisse Vizza/WBAA
Salah satu pusat Islam Amerika Serikat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Pusat Islam McLean (MIC) tiba di sebuah sidang di Virginia Utara pada Rabu (14/11) waktu setempat. Untuk kedua kalinya, MIC meminta adanya pembatalan atas pembatasan jam ibadah dan jamaah. Namun, keputusan itu ditangguhkan lagi.

Acara dengar pendapat umum itu digelar di Fairfax County. Pertemuan digelar untuk memutuskan apakah MIC harus diizinkan untuk memperpanjang jam operasinya guna memungkinkan jamaah melaksanakan Shalat Subuh.

Pendapat datang dari Asosiasi Komunitas Carrington (CCA) yang merupakan tetangga di sekitar masjid. Mereka mengatakan, suara yang diduga berasal dari kalangan Muslim yang berkumpul di pagi hari akan terdengar di rumah-rumah terdekat, yang menurut mereka itu pelanggaran kebisingan. Beberapa anggota komunitas Carrington mencatat bahwa perpanjangan jam akan menyebabkan gangguan di daerah tersebut.

"Kebisingan adalah masalah, bahkan dengan jam saat ini kita sedang terbangun dengan bunyi 'bip' yang tajam ketika orang mengunci dan membuka kunci mobil mereka," kata seorang anggota komunitas, Stephanie Buchanan.

Namun, tidak ada keluhan yang diajukan sejauh ini. Tujuh pemilik rumah komunitas Carrington, tetangga yang terdekat dengan pusat Islam mengatakan, mereka tidak terganggu oleh layanan ibadah di pagi hari. Sementara itu, The Board of Zoning Appeals (BZA) menyinggung bahwa argumen itu belum pernah terjadi sebelumnya. "Kami tampaknya lebih sensitif terhadap masalah kebisingan sekarang daripada sebelumnya," kata anggota dewan zonasi James Hart, dilansir di Anadolu Agency, Kamis (15/11).

Sejak sidang terakhir, Departemen Perencanaan dan Zonasi Fairfax County menyajikan laporan yang telah diubah yang akan memungkinkan perpanjangan jam untuk layanan ibadah yang akan diadakan antara pukul 04.00 hingga 07.00, tanpa batasan terkait mobil.

Laporan itu juga merekomendasikan perpanjangan khusus untuk acara keagamaan, termasuk bulan Ramadan, Tahun Baru Islam, dan perayaan Idul Fitri. BZA memutuskan untuk tidak menyetujui laporan itu dan memutuskan untuk menunda keputusan hingga 12 Desember. Mereka beralasan itu akan memungkinkan lebih banyak waktu untuk melakukan laporan lalu lintas dan kebisingan lebih lanjut dari daerah di sekitar tempat ibadah.

MIC membuka pusat Islam di lokasi saat ini di area Tyson Corner pada 2015 lalu. MIC juga merupakan satu-satunya area ibadah umat Islam dalam radius 10 mil, dengan jamaah sekitar 220 orang.

Pusat Islam ini mendapat izin khusus sebagai tempat ibadah, namun dengan pembatasan tertentu. MIC tidak memungkinkan layanan ibadah penuh antara pukul 16.00 hingga 19.00 pada hari kerja. Selain itu juga hanya mengizinkan 10 jamaah untuk melaksanakan Shalat Subuh.

Pada April lalu, MIC meminta perpanjangan waktu untuk memungkinkan mereka beroperasi dengan kapasitas penuh mulai pukul 04.00 hingga 12.30. Masjid berpendapat bahwa sejak mereka dibuka tidak ada keluhan kebisingan selama jam pagi. "Layanan ibadah Fajr bukan waktu pesta. Mereka tidak ada di sana untuk obrolan kosong," kata anggota dewan MIC, Zafar Farooqi.

Namun, Asosiasi Komunitas Caarrington mengajukan keluhan setelah melihat 12 mobil yang diparkir di tempat parkir pada saat waktu Shalat Subuh. Hal itu dianggap melanggar perjanjian awal batas 10 mobil.

Karena daerah itu menunda layanan pagi, Shalat Subuh telah ditangguhkan. Menurut keyakinan Islam, shalat lima kali sehari adalah wajib, dengan ibadah pertama dimulai saat fajar dan yang terakhir berakhir pada malam hari.

Anggota komunitas MIC, bersama dengan anggota komunitas agama lainnya, bergiliran satu demi satu untuk memohon kepada dewan untuk mencabut batasan tempat-tempat di masjid. Presiden MIC, Sultan Chaudhry, mengatakan MIC memainkan peran sentral dalam kehidupan dan menghubungkan mereka dengan satu sama lain. "Ketika anda mengunjungi kami, anda akan menemukan tempat ibadah orang Amerika yang klasik," kata Chaudry.

Seorang rabi di Kuil Rodef Shalom, Jeff Sacks, menanggapi soal pembatasan jam ibadah tersebut. "Sebagai pemimpin komunitas agama sendiri, saya belum pernah melihat lembaga yang diminta untuk membatasi penggunaannya atau tempat parkirnya sampai tingkat yang sangat ekstrim," kata Sacks. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement