Rabu 07 Nov 2018 17:10 WIB

50 Masjid dan Mushala Indonesia di Korea Gelar Pengajian

Banyak WNI menyempatkan diri menghadiri pengajian tersebut.

Pengajian di masjid Indonesia, Korea Selatan.
Foto: Dok Khumaini Rosadi
Pengajian di masjid Indonesia, Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ, M.Pd.I )*

Setinggi-tingginya bangau terbang pasti akan ke pelimbahan juga. Peribahasa ini sangat menginspirasi para warga negara Indonesia yang bekerja atau belajar di luar negeri.

Artinya sejauh apapun seseorang merantau pasti akan kembali ke kampung halamannya juga. Sejauh apapun WNI bekerja ke Korea pasti akan pulang kampung ke Indonesia.

Bisa juga diartikan sejauh apapun bekerja ke Korea pasti rindu berkumpul dengan orang-orang Indonesia juga. Meskipun harus menempuh ratusan kilometer, meskipun harus turun naik bus dan kereta selama 3 sampai 5 jam, kesempatan berkumpul di hari libur dengan orang-orang Indonesia akan disempatkan.

Pada pengajian di Masjid al-Ikhlas Oijongbu, Korea Selatan, Senin (4/11), hadir sebanyak 350 WNI yang bekerja di berbagai kota dan provinsi di Korea Selatan. Dimeriahkan juga dengan beberapa tembang lagu shalawatan yang dimainkan oleh Grup Hadroh “Syubbanul Wathon” Korea Selatan. Grup ini juga yang telah mendampingi Habib Syekh saat Tour mengunjungi Hongkong dalam acara Hongkong Bershalawat.

Terasa suasana pengajian sangat membahagiakan. Bahagia dan bersyukur karena dapat bertemu, bercanda tawa bersama, dan merasakan jamuan kuliner dari tuan rumah pengajian.

Dalam acara pengajian ini juga disosialisasikan tata cara pemilihan umum untuk memilih calon presiden di Korea Selatan yang disampaikan oleh K.H. Huda Ulinnuha alamin, atau yang biasa akrab disapa dengan nama Gus Ulin sebagai Ketua PPLN (Panitia Pemilihan Luar Negeri) sekaligus Rois Syuriah PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlotul Ulama) Korea Selatan.

"Pengajian ini dilakukan rutin setiap Ahad di-rolling ke berbagai masjid dan mushala yang ada di daerah utara," Ungkap Arul Anggara – Ketua FKMWU (Forum Komunikasi Masjid dan Musholla Wilayah Utara). Pengajian ini berganti-gantian tuan rumah.

Sekarang di masjid al-Ikhlas Oijongbu, sebelumnya di masjid Nurhidayah Anseong.  Selanjutnya  akan terus berputar mendapatkan giliran masjid al-Mujahidin Incheon, masjid at-Taqwa Cheonan, masjid ar-Royyan Muegeuk Emseong, dan masih banyak lagi masjid dan mushala yang akan mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah.

"Ada sekitar 50 lebih masjid dan mushala Indonesia yang tersebar di wilayah utara Korea Selatan ini yang siap menjadi tuan rumah pengajian," ungkap Arul.

Geliat pengajian di Korea Selatan ini sangat semarak sekali, terutama di hari-hari libur bekerja. Mulai dari sabtu sore, masjid dan mushala sudah menyiapkan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan PMI (Pekerja Migran Indonesia).

Mulai dari shalat berjamaah, dzikir bersama-sama, sampai pengajian Alquran dan kitab kuning, diakhiri dengan sesi tanya jawab dan lain-lain. Masjid dan mushala yang menjadi pusat tempat kegiatan pengajian biasanya terletak sangat jauh dari mess PMI bekerja.

Demi silaturahmi dan persaudaraan, mereka rela meluangkan waktunya untuk saling meramaikan pengajian. Semoga ini menjadi amal shaleh yang akan terus-menerus tiada putus.

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan WNI yang bekerja di Korea Selatan dan memperat tali silaturahmi dengan PMI, karena tidak sedikit dari mereka datang ke Korea dari kampung yang sama, tetapi belum saling mengenal.

Jika dikumpulkan semua WNI di Korea Selatan kurang lebih berjumlah 42.000 orang, memang masih sangat jauh perbandingannya dengan jumlah yang hadir pada pengajian gabungan itu, yang jumlahnya sekitar 350 orang. Tetapi paling tidak, pengajian ini adalah upaya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Suasana seperti ini sangat dinantikan oleh PMI. Melalui pengajian mereka bisa saling merasakan keluh kesah yang terjadi di Indonesia. Mereka bisa mengumpulkan dana dan bantuan di saat di Indonesia terjadi bencana. Mereka bisa mewakilkan orang Indonesia yang ramah tamah dan sopan santun.

Mereka bisa membawa nama baik sekaligus nama buruk untuk Indonesia. Inilah ajang. Sesama WNI di luar negeri yang senasib dan seperjuangan membawa nama baik Indonesia di Korea Selatan.

*Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) JATMAN (Jam’iyyah Ahli Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah), Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa (CORDOFA).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement