Selasa 16 Oct 2018 02:27 WIB

"Lebih Baik Bunuh Kami daripada Deportasi ke Myanmar"

Pemerintah India meminta pengungsi Rohingya meninggalkan negaranya.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ani Nursalikah
Suasana perumahan di Kamp Pengungsi Rohingya di Propinsi Sittwe, Myanmar.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Sejumlah anak Rohingya bermain di Kamp Pengungsi Rohingya di Propinsi Sittwe, Myanmar.

Orang-orang Rohingya di kamp, yang kebanyakan mencari nafkah sebagai buruh harian dan pengemudi becak, menolak tuduhan itu. Pengungsi lainnya, Aman Jamal (24) mengatakan mereka memberikan daftar orang-orang yang tinggal di kamp untuk polisi.

“Kami bekerja sangat keras untuk memberi makan keluarga. Kami tidak terlibat dalam kegiatan ilegal. Tidak seorang pun anggota dari komunitas kami yang ditemukan terlibat dalam kesalahan apa pun,” ujar dia.

Pengungsi yang tinggal di kamp Kalindi Kunj, Noor Qasim (30) berharap pemerintah India memahami mengapa komunitas Rohingya datang ke India. Qasim yang mengungsi bersama anak dan istrinya bekerja sebagai buruh di gudang semen.

Ia diupah sebesar 95 dolar AS per bulan. Dia sudah tinggal di kamp Kalindi Kunj sejak 2012. Ibu, dua saudara laki-laki, dan dua saudara perempuan Qasim masih berada di Bangladesh. Berdasarkan pengakuannya, tentara Myanmar membunuh saudara sepupunya tahun lalu ketika kekerasan mencengkeram negara Rakhine, Myanmar.

“Saya belum melihat keluarga saya sejak 2012. Saya ingin kembali ke rumah dan tinggal bersama keluarga saya lagi, tetapi kami tidak punya pilihan,” kata Qasim.

Ia mengungsi dan meninggalkan semuanya, rumah, bisnis, ladang, ternak, dan hidup seperti budak di India. Minoritas yang teraniaya telah melarikan diri dari genosida di Myanmar.

Para korban dan kelompok hak asasi manusia telah memberikan bukti adanya kampanye pembersihan etnis. Pasukan keamanan Myanmar dituduh memperkosa wanita Rohingya, melemparkan bayi dalam api, membakar seluruh desa, dan membantai ribuan orang.

“India dapat mendeportasi kami kapan pun diinginkan dan kami tidak bisa berbuat apa-apa karena itu bukan negara kami,” ujar Qasim.

Namun, ia berharap, sekali saja, pejabat India memahami situasi di Myanmar. "Lebih baik untuk membunuh kami daripada mendeportasi, karena kita akan dibunuh di sana," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement