Kamis 26 Jul 2018 06:16 WIB

Industri Pariwisata Halal Terpuruk di Dermark

Tak ada Alquran dan kompas di hotel seperti yang dilakukan di Swiss dan Jerman

Rep: mgrol105/ Red: Andi Nur Aminah
Warga mengendarai sepeda di kota Kopenhagen, Denmark.
Foto: ABC
Warga mengendarai sepeda di kota Kopenhagen, Denmark.

REPUBLIKA.CO.ID, Denmark menempati peringkat bawah di banding negara Eropa lainnya dalam bidang penawaran layanan dan akomodasi perjalanan yang ramah bagi Muslim. Hal ini ditemukan oleh Global Travel Index Muslim tahun 2018.

Dilansir The Local, di Belanda, wisatawan Muslim dapat menemukan jalan ke masjid terdekat mereka dengan menggunakan aplikasi yang dibuat secara khusus. Di Jerman dan Swiss, kamar hotel dilengkapi dengan Alquran dan kompas sehingga tamu Muslim tahu arah kiblat untuk melaksanakan shalat.

Hal seperti itu merupakan hal langka di Denmark. Itu pulalah yang juga menyebabkan hilangnya peluang Denmark, menurut perusahaan Mastercard dan Crescentrating, yang melaporkan pariwisata Muslim terus berkembang, mencapai 131 juta wisatawan pada tahun 2017. Dari 130 negara yang ditempatkan di bawah pantauan Global Travel Index 2018, Denmark masuk di tempat ke-84.

Tidak heran bahwa negara-negara mayoritas Muslim lainnya seperti Malaysia, Indonesia, Turki dan Qatar berada di daftar teratas pantauan tersebut. Tetapi sejumlah negara Eropa termasuk Swedia, Norwegia dan Jerman mendapat nilai lebih tinggi untuk perhotelan yang halal.

Posisi itu merupakan penurunan untuk Denmark. Pada 2016, mereka berada di posisi ke-72 di atas negara-negara tetangga seperti Nordic Swedia (peringkat 75), Norwegia (77) dan Finlandia (97). "Larangan penyembelihan halal di negara itu yang membuat tamu Muslim sulit mengunjungi Denmark," kata Mehmet Taran, Direktur Manajemen Destinasi Borealis (perusahaan yang mengorganisir perjalanan kelompok Muslim di Skandinavia).

Mehmet mengatakan, mereka selalu bisa mendapatkan shawarma (hidangan halal asal Timur Tengah), tetapi sulit untuk menemukan restoran, terutama yang tidak mahal dan menyajikan daging halal. "Kamu harus tahu siapa yang harus ditanya," kata Mehmet.

Jika industri perhotelan Denmark mulai membuat konsesi untuk tamu Muslim, data menunjukkan bahwa mereka memiliki banyak peluang untuk mendapatkan uang. Pada 2017, jumlah wisatawan Muslim global tumbuh sebesar 10 juta dan diperkirakan mencapai 156 juta pada 2020, mewakili 10 persen dari segmen perjalanan.

Industri pariwisata halal global saat ini bernilai 220 miliar dolar AS. "Segmen perjalanan Muslim yang berkembang pesat adalah peluang di depan mata tetapi untuk mendapatkan manfaat dari itu, sangat penting untuk memahami kebutuhan dan preferensi wisatawan Muslim dan bagaimana beradaptasi dan menyesuaikan produk dan layanan untuk mereka," kata Fazal Bahardeen, CEO dari Crescent Rating & Halal Trip Safdar dikutip dalam penelitian tersebut.

CEO VisitDenmark Flemming Bruhn mengatakan kepada kantor berita Denmark, Ritzau bahwa badan pariwisata umum bekerja secara khusus untuk menarik wisatawan dari Swedia, Norwegia, Jerman, Belanda, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. "Kami memiliki sumber daya yang terbatas, dan kami menggunakannya di tempat lain. Misalnya di Jerman selatan, di mana Denmark masih belum diketahui banyak orang. Tetapi jelas bahwa kami juga mengawasi negara-negara baru, seperti Indonesia, yang memiliki populasi Muslim yang besar," katanya.

Menurut organisasi perdagangan Denmark, Horesta, tidak ada hotel di Denmark yang memiliki ruang shalat atau Alquran di kamar hotel. "Ini terjadi karena relatif sedikit tamu yang datang dari negara-negara Muslim. Saya yakin mereka akan mulai datang. Ini hanya masalah permintaan," kata anggota Horesta Nadeem Wasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement