Senin 23 Jul 2018 22:31 WIB

Percetakan Alquran Saudi Targetkan 18 Juta Mushaf Alquran

ada lima langkah yang harus dilakukan sebelum Alquran dicetak dalam jumlah banyak.

Percetakan Alquran
Foto: Republika
Percetakan Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Percetakan Alquran King Fahad milik Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang berlokasi di Madinah memproduksi salinan Alquran dalam Bahasa Arab dan terjemahannya ke dalam 76 bahasa, seperti Perancis, Urdu Turki, termasuk Bahasa Indonesia.

"Di sini kami mencetak 12 juta salinan Alquran, dan jumlahnya diharapkan terus bertambah hingga 18 juta salinan pada tahun depan," kata Juru Bicara Percetakan Alquran King Fahad, Saleh Al-Husain kepada para wartawan dari enam negara saat mengunjungi tempat tersebut, Senin (23/7).

Dia menambahkan bahwa sejak berdiri 35 tahun yang lalu, Percetakan Alquran King Fahad telah memproduksi 300 juta salinan Alquran dan mendistribusikannya ke berbagai negara di seluruh dunia.

"Sembilan juta salinan Alquran kami kirimkan secara cuma-cuma dan sembilan juta lainnya dijual," kata Saleh seraya menambahkan bahwa percetakan Alquran tersebut didirikan oleh Kerajaan Arab Saudi untuk seluruh Muslim di dunia.

Selain mencetak dalam bentuk buku, percetakan ini juga membuat salinan Alquran dalam bentuk digital melalui aplikasi gawai.

Dengan teknologi digital, Umat Islam tidak hanya dapat membaca Alquran dan terjemahannya sesuai dengan bahasa ibu masing-masing, tapi juga mendengarkan suara bacaan Alquran.

Lebih lanjut Saleh menjelaskan bahwa ada lima langkah yang harus dilakukan sebelum Alquran dicetak dalam jumlah banyak.

"Pertama, kita buat salinan naskah Alquran yang ditulis hanya dengan huruf Arab tanpa satu pun tanda baca, atau sama persis seperti mushaf Alquran pertama di zaman Khalifah Usman bin Affan," kata Saleh.

Naskah Alquran tanpa tanda baca tersebut dicetak lembar demi lembar untuk diperiksa oleh sebuah tim yang bertugas menemukan kemungkinan kesalahan huruf dan melaporkannya kepada tim lain yang bertanggung jawab untuk mengoreksi kekeliruan tersebut.

Langkah ke dua, menurut Saleh, adalah naskah salinan Alquran dicetak dengan tanda baca berupa titik untuk membedakan antara huruf Arab yang satu dengan lainnya. Naskah ini juga dicetak per lembar dan diperika oleh sebuah tim khusus.

Langkah ke tiga adalah naskah salinan Alquran dicetak dengan harakat (tanda baca) untuk membedakan bacaan panjang dan pendek, atau suara yang harus ditahan, seperti tanda baca mad, tasjid, dan sukun.

Langkah berikutnya adalah membuat naskah salinan Alquran dengan tanda "wakaf" atau tanda untuk memberi tahu pembaca Alquran tempat di mana harus berhenti dan memulai membaca agar bacaan Alquran sesuai dengan kaidah yang benar.

Sementara langkah ke lima adalah membuat naskah salinan Alquran dengan membubuhkan nomor ayat dan nomor juz (bagian dalam Alquran berjumlah 30 juz).

Seluruh pemeriksaan naskah salinan Alquran tersebut dilakukan baik secara manual maupun elektronik sehingga jika terjadi suatu kesalahan, maka dapat diketahui di bagian mana hal tersebut terjadi dan dapat ditangani dengan segera.

Setelah langkah-langkah pemeriksaan tersebut dilewati, percetakan akan mencetak sekitar 5.000 salinan Alquran dan mengirimkannya kepada para ulama yang terpercaya guna pemeriksaan lebih lanjut dan meminta pendapat mereka.

"Setelah seluruh langkah ini kami lakukan, barulah mesin-mesin pencetak akan memproduksi salinan Alquran dalam jumlah banyak. Seluruh rangkaian sebelum mencetak salinan Alquran tersebut hanya dilakukan satu kali untuk menghasilkan induk salinan," jelas Saleh.

Dia menambahkan bahwa seluruh pekerja di percetakan tersebut bekerja di bawah sumpah guna menghindari kesalahan yang disengaja dan menjaga proses pencetakan salinan Alquran berjalan dengan baik

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement