Selasa 17 Jul 2018 21:16 WIB

Umat Islam di Somalia Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Institusi pendidikan Islam sangat berpengaruh karena banyak sekolah Alquran

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim Somalia berkumpul di sebuah masjid di ibukota Somalia, Mogadishu, Kamis (17/5).
Foto: Said Yusuf Warsame/EPA
Muslim Somalia berkumpul di sebuah masjid di ibukota Somalia, Mogadishu, Kamis (17/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Republik Demokratik Somalia terletak di timur laut Afrika.Ini adalah wilayah yang dikenal sebagai tanduk Afrika. Negara ini berbatasan langsung dengan Djibouti di barat laut, Ethiopia di barat, dan Kenya di barat daya. Teluk Aden memisahkan Somalia dari semenanjung Arab, dan Samudra Hindia berbatasan dengan wilayah timur dan selatannya.

Ada sekitar 8 juta warga Somalia.Orang-orang Somalia dipersatukan oleh bahasa, budaya, dan Islam. Mereka terbagi men jadi sejumlah suku. Permusuhan antarsuku selalu menjadi sumber konflik negara. Hal itu mengakibatkan perang saudara selama tujuh tahun (1991-1998) yang sepenuhnya melumpuhkan negara.

Berbagai upaya dilakukan untuk memulihkan kondisi mereka pada tahun 2001.Negara melibatkan organisasi internasional untuk membangkitkan semangat masyarakat membangun negeri. Pendidikan menjadi sarana pemulihan yang efektif. Anak- anak diarahkan untuk belajar. Suasana akademik membuat mereka berpikir kritis dan menatap masa depan dengan cerah.

Somalia memiliki sejarah pendidikan yang panjang dan rumit. Awalnya negeri ini memiliki model pendidikan informal yang khas. Orang tua menularkan nilai-nilai sosial dan budaya kepada kaum muda melalui teladan dan dongeng.

 

Orang Somalia menjaga sejarah mereka secara lisan. Setiap generasi menceritakan sejarahnya kepada anak- anak. Ada sejarah dan informasi yang disampaikan kepada para penerus.Anak-anak muda belajar bagaimana bertahan hidup di dunia mereka sebagai pengembara dan pejuang kesukuan.

Berbagai bangsa datang dan pergi ke negeri tersebut, mulai Arab, kemu dian dilanjutkan dengan kolonialisasi Italia, Prancis, dan Inggris. Masing-masing mereka meninggalkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat setempat.

Pengaruh Arab diketahui sudah ada sejak tahun 700 M. Ketika itu, sekelompok orang Arab Muslim membawa Islam ke wilayah tersebut dan menyebarkannya kepada masyarakat lokal.

Pada tahun 1300-an hampir semua orang Somalia memeluk Islam. Beberapa kota, termasuk Zeila dan Berbera menjadi pusat budaya dan pembelajaran Islam.Masjid dan sekolah Islam dibangun untuk mengajarkan muslim tentang Alquran dan bahasa Arab.

Ketika bangsa Eropa masuk, pengaruh Islam memudar pada abad ke-18. Di saat pengaruh Eropa menyebar, masyarakat berusaha mempertahankan tradisi Islam. Institusi pendidikan Islam sangat berpengaruh karena banyak sekolah Alquran dibuka. Lembaga tersebut juga mendapatkan bantuan bangsa kolonial dan diakui sebagai satu-satunya bentuk pendidikan formal.

Ulama bersinergi dengan para pengembara mengajari anak-anak cara membaca, menulis, dan menghafal Alquran. Murid menggunakan papan kayu untuk menyalin dan mempelajari ayat-ayat Alquran. Mereka belajar menguasai bahasa Arab. Guru-guru Islam dibayar dengan domba, sapi, unta, dan bahan makanan lainnya.

Perjanjian-perjanjian yang dicapai oleh komunitas internasional pada 1888 secara resmi membagi penguasaan Somalia, Inggris, Italia, dan Prancis. Prancis menduduki wilayah barat laut, yang merupakan wilayah Djibouti. Inggris menguasai wilayah utara dan tenggara. Italia mengambil daerah di selatan ke timur laut.

Pada kemerdekaannya dari pasukan ini pada tahun 1960, Somalia Inggris dan Italia bergabung untuk membentuk Somalia saat ini. Sedangkan, Somalia Prancis memilih untuk tetap otonom dan membentuk negara terpisah dengan nama Djibouti.

Selama rezim kolonial, masing-masing kekuatan membentuk sistem pendidikan tersen diri agar sesuai dengan tujuan pem bangunan wilayahnya. Orang Italia tertarik melatih orang Somalia untuk menjadi petani atau pekerja terampil untuk digunakan di perkebunan pisang. Ini untuk meminimalisasi migrasi orang Italia ke wilayah tersebut.

Inggris membutuhkan penduduk asli yang dapat membantu mengelola kebijakan kolonial dan menjaga hukum dan ketertiban. Pendidikan khusus tingkat dasar dan rendah ditawarkan oleh Inggris dan Italia untuk memenuhi kebutuhan ini.

Pada tahun 1947, baik di Somalia Inggris maupun Italia, ada total 32 sekolah dasar, aka demi polisi, dan sekolah kesehatan. Persentase warga Somalia yang mendapatkan pendidikan sangat minum. Di Somalia Italia, jumlah mereka hanya 1.265 siswa atau sepersepuluh dari 1 persen populasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement