REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Islam Washatiyah dinilai masih sebatas konsep dan logan. Setiap negara Islam belum menerapkan dalam tataran praksis yakni pandangan dan praktik sehari-hari.
"Karena itu ada usulan dari peserta konferensi agar dibentuk koalisi ulama dari berbagai negara untuk membuat konsep wasathiyah untuk melawan ideologi dan pemikiran ekstremisme dan radikalisme," ujar Mantan Pemimpin Redaksi Harian Republika, Ikhwanul Kiram Mashuri terkait Konferensi Internasional tentang Moderasi dan Islam Wasathiyah di Baghdad, Irak, Rabu (27/6).
Delagasi Indonesia dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi menjelaskan bahwa konferensi yang diikuti tokoh muslim dari 20 negara tersebut juga fokus membahas isu hangat tentang radikalisme dan terorisme.
"Secara umum konferensi ini fokus memberantas terorisme dan radikalisme dan bagaimana menyebarkan Islam moderat," ujar Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI ini dihubungi terpisah.
KH Muhyiddin mengatakan bahwa konferensi ini telah dibuka oleh Perdana Menteri Irak, Haidar al-Abadi pada Selasa (26/6) kemarin, dan dihadiri oleh seluruh pimpinan organisasi keagamaan dari Islam maupun non Islam. "Pembukaannya cukup meriah. Tapi topik bahasannya memang seputar masalah bagaimana mengatasi ekstremisme dan terorisme," kata KH Muhyiddin.
Sebagai informasi, konferensi ini diikuti oleh delegasi tokoh muslim dari 20 negara dan berlangsung selama dua hari di Baghdad sejak Selasa (26/6) kemarin hingga Rabu (27/6) hari ini. Delegasi Indonesia yang menghadiri konferensi ini terdiri dari tujuh orang, yaitu: Muchlis M Hanafi (Ketua Delegasi, mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin), Muhyiddin Junaidi (MUI), Ikhwanul Kiram Masyhuri (Alumni Al Azhar), Saiful Mustafa (UIN Maliki Malang/NU), Fathir H Hambali (Alumni Syam), Auliya Khasanofa (Muhammadiyah/UMT), dan Thobib Al-Asyhar (Kemenag).