Selasa 26 Jun 2018 13:07 WIB

Delegasi Indonesia Ikuti Konferensi Islam Wasathiyah di Irak

Indonesia ingin berbagi pengalaman untuk perdamaian terutama untuk Irak.

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Islam (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Islam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Delegasi Indonesia saat ini tengah mengikuti Konferensi Internasional tentang Islam Wasathiyah di Baghdad, Irak yang berlangsung mulai Selasa (26/6) hari ini. Konferensi yang akan digelar dua hari ini juga akan diikuti oleh delegasi dari 20 negara.

Setidaknya ada tujuh orang delegasi yang sudah berada di Irak. Mereka antara lain Ketua Delegasi Mukhlis M Hanafi yang juga mewakili Menteri Agama, Ketua Hubungan Luar Negeri MUI KH Muhyiddin Junaidi, Alumni Azhar sekaligus mantan Pemred Harian Republika, Ikhwanul Kiram Masyhuri, Saiful Mustafa, Fathir H Hambali, Auliya Khasanofa, dan Thobib Al-Asyhar.

Ketua Hubungan Luar Negeri MUI KH Muhyiddin Junaidi mengatakan, saat ini pihaknya sedang bersiap untuk mengikuti pembukaan konferensi tersebut. Menurut dia, dalam forum tersebut delegasi Indonesia akan memaparkan tentang pengalaman Indonesia dalam meletakkan dasar Islam Wasathiyah.

"Ini sedang siap-siap, nanti akan menjelaskan tentang peran Indonesia dalam menerapkan dasar Islam Wasathiyah. Indonesia ingin berbagi pengalaman untuk perdamaian terutama untuk Irak agar membersihkan dirinya dari kelompok ekstrimis," ujar Muhyiddin saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (26/6) pagi.

Hari pertama tiba di Irak pada Senin (26/6) kemarin, delegasi Indonesia sempat difasilitasi wisata religi oleh Kedutaan Besar RI di Irak. Agenda ini sengaja diagendakan pada hari pertama mengingat padatnya jadwal konferensi pada dua hari ke depan.

Dalam kesempatan itu, delegasi diantar berziarah ke makam Shaikh Abdul Qadir Al-Jailani atau Al-Kailani, Imam Abu Hanifah, Shaikh Junaid Al-Baghdadi, Nabi Yusya', serta Shaikh Bahlul Ibnu Amir Al-Tashrify.

Sebelumnya, Muhyiddin dan delegasi Indonesia lainnya juga bertemu dengan Anggota Dewan Tertinggi Majma' Fiqh Irak, Syekh Abdul Sattar Abdul Jabbar. Dalam kesempatan itu, Muhyiddin menjelaskan tentang kehidupan umat beragama di Indonesia.

Menurut dia, Indonesia terdiri dari berbagai agama, paham dan aliran. Namun, menurut dia, umat Islam yang menjadi mayoritas sangat toleran terhadap penganut agama lainnya. "Kami di Indonesia terdiri dari ragam agama. Agama resmi ada enam, berbagai paham dan aliran, serta 79 Ormas Keagamaan. Kami yang mayoritas muslim bisa hidup berdampingan, bertoleransi terhadap beragam perbedaan," katanya.

"Kami tetap ada perbedaan seperti aliran pemikiran keagamaan, mazhab fikih, maupun cara berdakwah. Namun mayoritas mengikuti mazhab Syafii," lanjutnya.

Sementara itu, Mukhlis Hanafi menambahkan tentang banyaknya madrasah, pesantren, dan sekolah agama di Indonesia. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran ini mengatakan, jumlah lembaga pendidikan Islam tersebut saat ini mencapai puluhan ribu, baik negeri maupun swasta. "Keberadaan lembaga pendidikan agama dan keagamaan tersebut sangat membantu dalam penerapan moderasi Islam," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement