Jumat 15 Jun 2018 14:28 WIB

Muslim Tatar yang Cinta Damai

Lebih dari 450 tahun yang silam, Tatarstan merupakan sebuah negara yang merdeka.

Muslim Tatar, Crimea
Foto: muslimvillage
Muslim Tatar, Crimea

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republik Federal Tatarstan, sebuah negara bagian Rusia yang terletak sekitar 500 km sebelah timur Moskow, dapat dijadikan sebagai model kesatuan masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi antaragama dan etnis. Di negeri ini, umat Islam, Kristen, dan Yahudi telah hidup berdampingan dengan harmonis selama berabad-abad.

Seperti dilansir Saudi Gazette, setengah dari penduduk republik ini terdiri dari etnis Tatar yang hampir semuanya beragama Islam. Sementara, sisanya diisi oleh etnis Rusia (40 persen) dan kelompok-kelompok kecil etnis lainnya.

Kebanyakan dari mereka adalah pemeluk Kristen Ortodoks. Ibu kota Tatarstan, Kazan, merupakan salah satu kota terbesar dan paling makmur di Rusia. Dalam beberapa tahun terakhir, kekayaan minyak bumi yang dimiliki alam Tatarstan telah mengubah kota ini menjadi sebuah kota multikultural yang benar-benar hidup.

photo
Orang-orang Muslim Tatar di Kazan Rusia.

Wartawan Rusia, Oleg Pavlov menyebutkan, hubungan harmonis antarumat beragama di Kazan sudah dikenal sejak dulu. Bahkan, di era Soviet sekalipun, Kazan dianggap sebagai kota yang unik lantaran menjadi tempat bertemunya dua kebudayaan berbeda, yakni Tatar dan Rusia.

“Kedua unsur budaya ini berbaur di setiap sendi kehidupan masyarakat di kota ini. Sesaat setelah suara azan menggema dari menara masjid, Anda akan mendengar gemuruh lonceng-lonceng gereja. Hal semacam ini bukanlah hal yang aneh di Kazan,” tulis Pavlov dalam artikel “Friends and neighbours: religious harmony in Tatarstan” seperti dikutip dari laman Open Democracy.

Di Tatarstan, orang-orang dapat menjumpai bangunan masjid dan gereja berdiri berdampingan di pinggir jalan yang sama. Pada 1990, ada sekitar 100 masjid di seluruh negeri ini. Sekarang, terdapat lebih dari seribu masjid dan 272 gereja di Tatarstan.

photo
Bulan purnama penuh tampak di atas masjid Qol Sharif di Kazan Kremlin, ibukota Tatarstan , yang terletak di Sungai Volga Rusia 700 km timur Moskow , Rabu (29/7). (AP/Denis Tyrin)

Bukti keharmonisan hubungan antarumat beragama di Tatarstan juga bisa dilihat dari kunjungan rutin Uskup Agung Kazan ke kediaman tokoh Muslim setempat, Hazrat Imam, pada setiap perayaan Idul Fitri. Di samping itu, banyak pula kegiatan yang diadakan bersama-sama oleh warga Muslim, Kristen, dan Yahudi untuk merajut semangat perdamaian antarkomunitas agama tersebut.

“Kadang-kadang, umat Islam dan Kristen di negeri ini saling membantu memperbaiki tempat ibadah yang ada, baik masjid maupun gereja,” ungkapnya.

Menurut Pavlov, Muslim dan Nasrani di Tatarstan cenderung mencari apa pun yang dapat menyatukan mereka, alih-alih memisahkan mereka. Antara lain dengan cara menekankan bahwa nama-nama orang suci dalam ajaran Kristen juga dihormati di dalam Islam. Misalnya, Yesus Kristus di dalam Bibel diidentifikasi sebagai Nabi Isa AS di dalam Alquran. Sementara, tokoh suci Kristen lain yang disebut Perawan Suci Maria dikenal sebagai Siti Maryam dalam Islam.

photo
Muslim Tatar di Eropa.

Lebih dari 450 tahun yang silam, Tatarstan merupakan sebuah negara yang berdiri sendiri di bawah bendera Kekhanan Kazan (Khanate of Kazan). Namun, ketika Tsar Ivan IV menaklukkan wilayah tersebut pada Oktober 1522, Tatarstan akhirnya dianeksasi oleh Rusia sepenuhnya.

Banyak orang-orang Tatar yang diusir dari kampung halamannya. Sebagian dari mereka ada pula yang dipindahkan ke kawasan khusus dan membentuk permukiman masyarakat Tatar yang baru. Orang Rusia mulai menjadi kelompok etnis yang mendominasi Kota Kazan sejak saat itu.

Orang-orang Tatar pada zaman dulu acap kali digambarkan sebagai bangsa pengembara yang memiliki watak keras, mahir mengendarai kuda, dan hidup berpindah-pindah dari satu padang rumput ke padang rumput lainnya. Faktanya, pandangan semacam itu tidak sepenuhnya benar. Orang-orang Tatar adalah bangsa berbudaya yang memiliki kehalusan budi. Yang lebih penting lagi, mereka telah menghuni tanah Tatarstan selama berabad-abad.

Beberapa masakan khas Tatar seperti sup ayam lapsha dan beragam kue mereka yang luar biasa lezat, menjadi bukti bahwa masyarakat Tatar telah mewarisi kebudayaan yang luhur dari nenek moyang mereka sejak dulu. Tradisi kuliner tersebut sekaligus membantah pandangan orang-orang Barat kebanyakan yang menganggap mereka sebagai bangsa yang nomaden.

“Pasalnya, orang-orang nomaden lebih suka mengonsumsi atau mengolah daging sehingga mereka tidak memiliki tradisi membuat kue,” tutur Pavlov lagi.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement