Jumat 30 Mar 2018 19:33 WIB

Jejak Islam di Pantai Gading

Perkembangan tarekat sufi di sana cukup pesat.

Pantai Gading
Foto: .
Pantai Gading

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Afrika bukanlah tempat asing bagi Islam. Benua tersebut tercatat dalam sejarah sebagai tempat penyebaran agama tersebut. Pada abad kesem bilan, pedagang Barbar membawa agama Islam dari Afrika Utara hingga kekaisaran kuno Ghana.

Dilansir di countrystudies.us pada abad ke-13, penguasa Malinke di Kerajaan Mali menyebarkan Islam ke sebagian besar sabana. Proses ini berlanjut sampai abad kedelapan belas. Ketika itu Juula mendirikan kerajaan Muslim di tempat yang sekarang berada di sebelah utara Pantai Gading. Masyarakat mulai me nge nal dan me nyebarkan Islam, sehingga lambat laun berkembang menjadi agama mayoritas.

Pada abad kesembilan belas, pejuang Malinke Samori Toure seorang tokoh Muslim berdakwah dan menyebarkan Islam hingga ke selatan. Kewajiban utama Muslim adalah mematuhi perintah Allah SWT. Bukti keimanan awal yang utama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat.

Di Pantai Gading, seorang Muslim dikatakan saleh apabila dia mengerjakan sha lat, berpuasa, zakat dan berhaji bagi yang mampu. Sebagian besar muslim Ivoirian adalah Sunni. Mereka menganut mazhab Maliki. Sebagian dari mereka mendalami tasawuf melalui tarekat.

 

Perkembangan tarekat sufi di sana cukup pesat. Qadiriyah misalkan, didirikan pada abad kesebelas. Mayoritas peng ikutnya berada di sebelah barat, dan Tidjaniya, yang didirikan pada abad kedelapan belas. Mereka paling banyak berada di sebelah timur. Dua persaudaraan Islam lainnya memiliki sedikit pengikut di Pantai Gading.

Tarekat Sanusiyah yang banyak diikuti Muslim Libya memiliki pengaruh besar di Pantai Gading. Mereka aktif mengadakan kegiatan, seperti zikir, dan berkumpul bersama dalam majlis keilmuan. Masya rakat setempat akan berkumpul dan menga dakan berbagai aktivitas.

Otoritas keagamaan yang diakui di negara ini adalah Marabout. Asal katanya adalah murabit yang dipahami masyarakat Afrika Barat sebagai guru agama. Marabout dipercaya memiliki mukjizat sebagai penyembuh dan memberikan perlindungan melalui benda yang didoakannya.

Namun keberadaan marabout menimbulkan reaksi di antara masyarakat, terutama mereka keturunan arab. Gerakan penolakan marabout terjadi pada abad ke 19.

Masyarakat melihat perlawanan terhadap Marabout hanya sebagai kepen tingan ekonomi. Sebabnya, mereka yang melakukan gerakan berasal dari golongan kaya. Sedangkan Marabout membela kaum papa.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement