Selasa 20 Mar 2018 15:24 WIB

Muslim Kanada Jadi Sasaran Diskriminasi Tertinggi

Komunitas yang memiliki pemikiran paling negatif terhadap Muslim adalah manula.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Kanada
Muslim Kanada

REPUBLIKA.CO.ID, WATERLOO -- Setidaknya satu dari lima orang Muslim di Kanada mengalami diskriminasi SARA dalam lima tahun terakhir. Hal ini tertuang dalam laporan Universitas of Waterloo terkait diskriminasi berdasarkan identitas sosial.

Muslim menjadi komunitas paling minoritas dalam populasi orang dewasa di wilayah Kanada. Pembandingnya adalah penduduk kaukasia, Katolik, bahkan LGBTQ (penyuka sesama jenis).

"Ada perilaku negatif menyasar Muslim di Kanada, mereka mengalami tingkat diskriminasi tertinggi daripada kelompok lainnya, ini kenyataan," kata penulis studi, Sarah Wilkins-Laflamme, dilansir media lokal Waterloo News.

Menurutnya, komunitas yang memiliki pemikiran paling negatif terhadap Muslim adalah manula (manusia lanjut usia) dan seorang beraliran politik konservatif. Studi ini mengambil data informasi dari Canadian Election Study 2011 dan General Social Survey by Statistics Canada.

Penelitian ini mensurvei total 4.202 orang berusia diatas 18 tahun. Mereka diminta memilih angka antara nol untuk sangat tidak suka hingga 100 untuk sangat suka.

Mereka memberi nilai pada impresi terhadap sejumlah kelompok yang ada di Kanada. Komunitas Muslim mendapat nilai paling negatif diantara minoritas rasial lainnya.

Sekitar 31 persen responden di British Columbia menyatakan ketidaksukaan pada Muslim, 38 persen di Prairies, 33 persen di Ontario, 50 persen di Quebec dan 33 persen di Atlantic Canada.

General Social Survey juga bertanya pada 831 Muslim berusia 15 tahun keatas terkait pengalaman diskriminasi yang mereka alami. Penilaian dilakukan di berbagai wilayah. Hasilnya, sebanyak 35 persen Muslim mengalami diskriminasi di Atlantic Canada, 22 persen di Prairies dan British Columbia, 22 persen di Quebec, dan 18 persen di Ontario.

"Hasil studi ini mengindikasikan perlu ada pendekatan edukasi dan dialog terbuka dengan komunitas Muslim untuk melawan prasangka buruk," kata Wilkins-Laflamme.

Asisten Profesor sosiologi di University of Waterloo ini juga mengatakan pendekatan harus lebih dari sekedar di institusi, terutama pada penduduk Quebec, manula dan penganut konservatif untuk mengubah orientasi mereka. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal ilmu pengetahuan, Canadian Review of Sociology.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement