Jumat 23 Feb 2018 13:44 WIB

Macy Bergerak ke Pasar Busana Muslim

Macy mencoba merebut pasar pakaian Muslim yang menguntungkan

Departement Store Macy's di Brooklyn, New York, AS.
Foto: EPA
Departement Store Macy's di Brooklyn, New York, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Setelah beralih ke Islam pada 2011, fotografer fesyen Lisa Vogl mengalami kesulitan menemukan pakaian sederhana dan modis. Hal itu membawanya membuat Koleksi Verona.

Dilansir dari The Straits Times pada Jumat (23/2), tahun lalu, Vogl bergabung dengan program pengembangan toko serba ada Macy, The Workshop. Program itu membantu memupuk bisnis yang dimiliki oleh kaum minoritas dan wanita.

Melalui The Workshop, toko Macy menyadari merek Vogl adalah contoh sempurna dari bisnis kuat yang menyediakan produk unik melayani komunitas wanita yang mencari pilihan pakaian sederhana, tetapi modis.

Macy menyatakan minat pelanggan terlihat jelas saat showcase pop-up vendor The Workshop tahun lalu di New York City.

Kini, Macy meluncurkan Koleksi Verona. Menjadikannya perusahaan terbaru untuk mencoba merebut pasar pakaian Muslim yang menguntungkan. Koleksinya ada di toko dan daring. Pun tersedia pengiriman internasional.

Gaun Maxi, atasan panjang, jilbab, kardigan, dan celana harganya mulai dari 12,95 dolar AS (17 dolar Singapura) sampai 84,95 dolar AS. Koleksi itu menjadi dorongan bagi Macy, yang selama bertahun-tahun berjuang dengan penjualan tertinggal. Bahkan, diperparah oleh munculnya pengecer diskon di daring.

Pada November, Macy mengungkapkan, penjualan tergelincir untuk kuartal ke-11 berturut-turut. Pada 2016, perusahaan mengumumkan rencana merapikan sekitar 100 toko, dan penutupan telah dilakukan sejak saat itu.

Perpindahan ke pakaian Muslim merupakan kesempatan untuk memanfaatkan pasar yang kuat. Berdasarkan laporan Global Islamic Economy, secara global, konsumen menghabiskan 254 miliar dolar AS pada 2016 untuk pakaian Muslim. Sehingga, diperkirakan pasar tersebut bisa bernilai 373 miliar dolar AS pada 2022.

Peritel mewah, termasuk Dolce & Gabbana dan Burberry, telah memperhatikan potensi itu. Sebab, selama ini sudah ada perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pakaian santai dan trendi, seperti, Uniqlo, H & M, dan Zara.

Kendati demikian, beberapa pengecer telah merilis koleksi yang ditujukan untuk pelanggan Muslim yang tinggal di Timur Tengah. Sayangnya, busana Islam telah dipangkas di Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2016, selama gelaran New York Fashion Week, perancang Indonesia membuat sejarah dengan pertunjukan catwalk model mengenakan jilbab.

Berdasarkan studi American Consumer Consortium pada 2014, dari dua miliar Muslim di seluruh dunia, sekitar sembilan juta berada di Amerika Utara. Tahun lalu, Nike merilis produk Pro Hijab untuk para atlet Muslim, yang juga tersedia di situs Macy, dan American Eagle menawarkan jilbab denim edisi terbatas, yang terjual habis.

Jilbab juga telah diakui oleh salah satu pengecer mainan terbesar di AS. Pada November, Mattel memperkenalkan Barbie yang mengenakan jilbab yang menjadi bagian dari garis Shero yang mendasarkan pada wanita inspirasional. Boneka itu dimodelkan usai atlet olimpiade, Ibtihaj Muhammad berlaga mengenakan jilbab.

Menurut laporan Global Islamic Economic, milenium Muslim dianggap sebagai kekuatan ekonomi yang kuat dan berkembang. Mereka terus mentransformasikan ruang ritel dengan belanja digital.

Setengah dari umat Islam saat ini, lebih muda dari 15 tahun. Hampir dua pertiga berusia 30 tahun atau lebih muda. Macy menargetkan bisa membidik konsumen Muslim dengan Koleksi Verona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement