Selasa 30 Jan 2018 09:16 WIB

Trudeau: Islamofobia tak ada Tempat di Kanada

Trudeau menyeru semua anggota parlemen untuk bersama melawan Islamofobia.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Esthi Maharani
Justin Trudeau
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Justin Trudeau

REPUBLIKA.CO.ID,  OTTAWA -- Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau menegaskan Islamofobia tak punya tempat di Kanada. Ia menyampaikannya beberapa jam sebelum menghadiri doa bersama peringatan serangan masjid Quebec, Senin (29/1).

Serangan setahun lalu itu menewaskan enam orang dan melukai 19 orang lainnya. Malam doa bersama tersebut dihadiri juga oleh Perdana Menteri Quebec, Philippe Couillard dan segenap pemimpin partai lain.

Dalam pidatonya di House of Commons, Trudeau menyeru semua anggota parlemen untuk bersama melawan Islamofobia. Menurutnya, Kanada harus selalu memegang nilai keterbukaan pada siapa pun.

"Kita berhutang pada korban, untuk terus menyuarakan perlawanan terhadap Islamofobia dan diskriminasi dalam bentuk apa pun," kata Trudeau dilansir Huffington Post Canada.

(Baca: Kejahatan Berlatar Kebencian pada Muslim di Kanada Turun)

Sejumlah pihak enggan menyebut serangan tersebut sebagai Islamofobia. Pemimpin Andrew Scheer mengecam serangan penembakan itu dan menyebutnya aksi teror dan kejahatan kebencian.

"Penembakan itu adalah aksi teror yang mengguncang seluruh negeri," kata Scheer. Menurutnya, Kanada harus menjadi negara terbuka bagi semua kepercayaan dan mengizinkan kebebasan beragama.

Scheer mengatakan Kanada memiliki hukum yang melindungi penduduknya dari kebencian. Sehingga penganut agama mana pun bisa beribadah dengan aman dan bebas.

Awal bulan ini, National Council of Canadian Muslims melobi pemimpin agar mendeklarasikan 29 Januari sebagai hari nasional melawan Islamofobia. Couillard menolak ide tersebut dan menyebutnya terlalu berlebihan.

Ia tidak ingin Islam menjadi objek khusus karena terkadang diskriminasi pun dialami kelompok agama lain. Anggota konservatif Scott Reid mendukung semua pihak.

Ia menyarankan agar 29 Januari dideklarasikan sebagai hari solidaritas nasional untuk korban kekerasan dan kefanatikan anti-agama. Ia mengutip aksi kebencian masih dirasakan sejumlah kelompok keagamaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement