Rabu 14 Mar 2018 18:43 WIB

92 Anak Ikuti MTQ di Takengon

MTQ diharapkan menambah motivasi orang tua mendidik anaknya mencintai Alquran.

Peserta MTQ anak.
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Peserta MTQ anak.

REPUBLIKA.CO.ID, TAKENGON -- Sedikitnya 92 peserta dari 14 kecamatan se-Kabupaten Aceh Tengah mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat anak usia 8-11 tahun di Takengon, 14-15 Maret 2018. MTQ yang diselenggarakan dalam rangka HUT ke-441 Kota Takengon itu dibuka Bupati Aceh Tengah Shahela Abubakar di Takengon, Rabu (14/3).

Bupati berharap dengan adanya MTQ ini menambah motivasi bagi orang tua untuk mendidik anaknya mencintai Alquran mulai usia dini. "Dengan cinta Alquran sejak dini, maka anak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki akhlakul karimah," katanya.

Pemkab Aceh Tengah menyambut baik kegiatan keagamaan seperti ini, bila perlu diadakan setiap tahun sehingga anak-anak di daerah ini sejak dini akan mengenal Alquran. Panitia penyelenggaraan mengeluhkan sulitnya mencari dana guna mendukung terlaksananya kegiatan Islami tersebut.

Ketua panitia, Riduan Mude dalam laporannya di hadapan Bupati menyampaikan panitia MTQ dari Forum Silaturrahmi Gayo Bersatu (Forgab) sebenarnya sudah berencana menggelar kegiatan tersebut sejak Desember 2017. Namun, akibat sulitnya mencari pendanaan kegiatan yang bertujuan mendidik generasi mencintai Alquran sejak usia dini tersebut terus tertunda.

"Saya miris, sebagai ketua panitia, saya mengajukan dana Rp 50 juta banyak orang yang mengolok," ujar Riduan.

Penyelenggaraan MTQ tersebut akhirnya berjalan dengan pendanaan hanya Rp 14 juta. Namun, walaupun dana minim, panitia tetap memberikan hadiah yang sesuai kepada para anak pemenang MTQ.

Untuk juara satu panitia menyediakan uang Rp1,2 juta, juara dua Rp 1 juta, juara tiga Rp 800 ribu dan juara empat Rp 600 ribu. Keempat pemenang juga akan mendapatkan sertifikat, trofi, bimbingan belajar selama satu bulan, dan paket wisata arung jeram di Takengon.

Menanggapi keluhan panitia, Bupati Shabela menyatakan masalah pendanaan seharusnya dibicarakan lebih awal dengan pemerintah daerah supaya bisa dianggarkan.

"Saya tidak tersinggung tadi, tapi agak sedih karena beliau (ketua panitia) pun sedih. Dengan dana yang minim bisa melaksanakan kegiatan ini. Sebelumnya, apakah saudara-saudara ada memasukkan proposal. Ini baru hari ini saya terima (undangan) diminta saya untuk membuka," kata Shabela.

Shabela berharap ke depannya panitia bisa lebih awal mengajukan permohonan bantuan kebutuhan dana kepada pemerintah daerah jika kembali melaksanakan kegiatan tersebut. "Kalau bisa setiap tahun diadakan ini. Tapi sebelum ketuk palu di Pemda masukkan proposal karena kami di Pemda semuanya harus tepat nama dan tepat alamat. Jadi kalau sudah ketuk palu jangan masukkan lagi, itu tidak laku lagi proposal," kata Shabela.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement