Ahad 28 Jan 2018 00:31 WIB
Hikmah dari Kisah Nabi Yusuf AS

Kecemburuan, Emosi yang Berbahaya

Orang tua perlu menunjukkan kesabaran, penerimaan, dan dukungan emosional pada anak.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Agus Yulianto
Sumur Nabi Yusuf (Ilustrasi)
Sumur Nabi Yusuf (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tujuan kisah di Alquran tidak hanya agar cerita kembali diceritakan dan diceritakan lagi, namun ada banyak pelajaran penting yang bisa dipetik didalamnya. Termasuk bagaimana orang mengatasi cobaan berat, meningkatkan moral, dan mengarahkan bagaimana orang harus berperilaku di berbagai macam situasi. Salah satu cerita terindah yang diceritakan dalam Alquran adalah kisah Nabi Yusuf AS.

Pelajaran pertama yang diambil dari kisah Nabi Yusuf AS dengan saudara laki-lakinya adalah bagaimana kecemburuan merupakan emosi yang berbahaya. Nabi Yaqub AS adalah orang tua yang ideal dan dia tidak pernah menunjukkan sikap pilih kasih pada Yusuf dan anak-anaknya yang lain. Namun Yusuf yang masih sangat muda dibanding usia anaknya yang lain membutuhkan perhatian lebih dari ayahnya dibanding anak yang lebih tua.

Karena perhatian yang Yaqub berikan pada anak bungsungya, anak laki-laki yang lebih tua berkata, "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Benyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata." (Alquran Surat Yusuf ayat 8).

Anak-anak yang lebih tua merasa bahwa ayah mereka lebih mencintai Yusuf dan Benyamin dan ternyata membawa keburukan. Kecemburuan membawa mereka untuk menyakiti Yusuf dan bahkan membunuhnya. Meski akhirnya mereka meninggalkannya di sumur. Cerita ini dapat menjadi peringatan bagi orang tua untuk mendukung anak satu sama lain dan memberikan kasih sayang yang sama agar tidak menimbulkan kecemburuan di antara sesama saudara kandung.

Cerita lain yang bisa dipetik adalah kisah Nabi Yusuf dan ayahnya Yaqub mengenai bagaimana menghadapi masa sulit dengan kesabaran. Apa yang Yaqub katakan ketika pulang ke rumah tanpa Yusuf dan melihat pakaian anaknya ada noda darah dan kakak-kakaknya mengira ia dimakan seekor serigala? Yaqub berkata, "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (Alquran Surat Yusuf ayat 18)

Dari sini terlihat Nabi Yaqub tidak mengomel atau menghukum anak-anaknya meskipun dia tahu mereka berbohong dan melakukan sesuatu pada Yusuf. Sebagai orang-tua hendaknya perlu diketahui jika anak-anak tidak sempurna dan orang tua jangan menuntut kesempurnaan. Anak-anak akan membuat kesalahan dan orang tua harus menerimanya. Orang tua harus mengajarkan, mengarahkan dan menasehati mereka, namun orang tua perlu menunjukkan kesabaran, penerimaan dan dukungan emosional dan memberi anak kesempatan untuk berbuat benar yang ternyata salah dan bertobat setelah melakukan dosa.

Setelah itu, Yusuf ditemukan di sumur oleh khalifah yang lewat. Dia ditangkap, dijadikan budak dan dibawa dari Palestina ke Mesir. Pria yang membeli Yusuf memperlakukannya dengan baik dan mengangkatnnya seperti anak sendiri. Dia juga mengajari tafsir mimpi. Yusuf dibersarkan dalam keluarga makmur dan diberi kehidupan yang mewah. Namun meski tumbuh dengan kekuatan fisik dan daya tarik, dia juga tumbuh dalam kesalehan dan ketakutan akan Allah.

Sebagai seorang pemuda, Yusuf sangat tampan hingga banyak ibu angkatnya yang mencoba merayunya. Namun Yusuf sadar bahwa Allah mengawasinya. Yusuf menolak untuk menyerah pada keinginan duniawi, bagaimana kesenangan dan hasrat seksual yang akan menjatuhkannya pada dosa. Dia berkata, "saya mencari perlindungan Allah." (Alquran Surat Yusuf ayat 23)

Sikap Nabi Yusuf tentu bisa diambil. Bagaimana sebuah tindakan yang melanggar hukum seperit menerima sogokan, uang lebih dari sumber yang tidak sah, melakukan hubungan seksual di luar nikah, mencoba obat terlarang, menggoda lawan jenis hanya untuk dorongan duniawi, berkaca pada Yusuf. Tolak dan katakan seperti apa yang dikatakan Yusuf muda, "saya mencari perlindungan Allah."

Setelah menolak tawaran ibu angkatnya, Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. Bahkan ketika dalam penjara sekalipun, Yusuf tetap sabar. Dia mempertahankan karakternya yang baik dan menyembah Allah serta mengajak temannya di penjara untuk mencari kebenaran kepada Tuhan mereka. Yusuf berkata pada mereka, "hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?" (Alquran Surat Yusuf ayat 39)

Yusuf berbicara dengan baik pada para tahanan. Setiap orang layak mendapat kebaikan dan belajar tentang Allah. Kita harus memiliki kepercayaan akan kebaikan di hati manusia dan menyampaikan pesan Islam pada orang lain dengan baik dan lembut. Yusuf ditahan selama beberapa tahun, namun bukan karena ketampanan maupun posisi ayah angkat di masyarakat. Melainkan karena pengetahuan dan pendidikannya.

Saat tumbuh dewasa, Yusuf menjadi seorang pelajar yang rajin dan tertarik belajar sains. Yusuf memiliki keterampilan menafsirkan makna mimpi. Dengan kemahirannya dia menafsirkan makna dibalik mimpi Raja Mesir dan menasehati apa yang harus dilakukan masyarakat Mesir dalam menghadapi kekeringan yang akan datang. Karena keahlian, pengetahuan dan nasehat jujur yang diberikannya, Yusuf dibebaskan dari penjara dan ditawari sebagai Bendahara Mesir.

Dengan kejujuran, kesetian, kerja keras, pengabdian dan hikmatnya, Yusuf menjalani pekerjaannya dan melakukannya dengan baik. Dia dapat dipercaya ketika sampai pada masa panen Mesir dan membagikan dengan baik dan menyimpan apa yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat pada musim kemarau yang berlangsung selama tujuh tahun.

Namun, keberhasilan Yusuf tidak membawanya menjadi pribadi sombong dan arogan. Dia tetap rendah hati dan menghubungkan kesuksesannya dengan anugrah dari Allah. Pada puncak cerita, Yusuf kembali pada saudara-saudaranya di Mesir. Mereka terkejut menyadari bahwa Yusuf sudah berkuasa dan seorang penasehat dan bendahara penguasa Mesir. Mereka merasa menyesal dengan apa yang mereka lakukan pada Yusuf saat dia masih kecil.

Namun tidak terbesit kesedihan atau melakukan balas dendam pada kakak-kakaknya, Yusuf berkata pada mereka, "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang." (Alquran Surat Yusuf ayat 92)

Setelah semua kesulitan yang dialami Yusuf, dari saudara laki-laki yang melemparnya ke sumur, terpisah dari keluarga, perbudakkan, penjara dan Yusuf memaafkan saudaranya, dia meminta ayah dan keluarganya untuk tinggal bersamanya di Mesir dan hidup sejahtera. Cerita Yusuf menunjukkan kesabaran, kesalehan, kebenaran, mencari pengetahuan, kerja keras, kejujuran, kesetiaan, kemenanyan dan kesuksesan.

sumber : saudigazette.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement