Ahad 07 Sep 2014 12:50 WIB

Kitab Kuning Filter Generasi Muda dari Radikalisasi

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Indah Wulandari
Seorang santri tengah membaca kitab kuning
Seorang santri tengah membaca kitab kuning

REPUBLIKA.CO.ID,JAMBI--Kitab kuning memang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan santri. Setiap hari mereka digembleng untuk terus memahami dan mengaji isi kitab dari para kiai. Para generasi Qurani diyakini menjadi benteng deradikalisasi selanjutnya.

Salah satu santriwati yang mengikuti Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) ke-V, Rifqi Nazzahhanur mengaku, mengaji kitab sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak masuk madrasah ibtidaiyah. "Saya ingin terus di pesantren mengaji kitab sampai nanti bisa masuk kuliah," katanya kepada Republika, Ahad (7/9).

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah ada di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan hingga sampai saat ini. Perannya, baik dalam bidang keagamaan maupun pendidikan tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang bangsa Indonesia. Bahkan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebut pesantren selama ini sebagai benteng kokoh dari semua potensi radikalisme.

Menurut Lukman, pemerintah perlu mengoptimalkan peran pesantren dalam memperkokoh ideologi bangsa yang selama ini terbukti terus mengayomi seluruh masyarakatnya dan membentengi mereka dari bahaya ideologi transnasional. "Kementerian Agama berkomitmen untuk terus mendukung dan mengoptimalkannya," ujarnya dalam pembukaan MQK V di Jambi beberapa waktu lalu.

Acara MQK, Lukman menambahkan, tidak hanya sekedar menjadi ajang perlombaan, tetapi juga salah satu cara untuk melestarikan tradisi akademik pesantren. Selain itu juga sebagai peneguhan atas identitas Islam Indonesia yang rahmatan lil alamin, menghargai keragaman, mengayomi dan bermanfaat untuk semua.

"Dengan meneguhkan bacaannya pada kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan dalam musabaqah ini, insya Allah akan melahirkan santri-santri yang santun, berfikir rasional, dan tidak melakukan tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama," ujar mantan Anggota MPR ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement