REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA--Berbicara multikultural di Kanada, maka tak akan lepas dari Naheed Nenshi, akademisi Muslim yang kini memimpin kota Calgary, salah satu kota terbesar di negeri ini. Penduduk Calgary telah memillih walikota Muslim pertama di Kanada, seorang akademisi bernama Naheed Nenshi, menurut hasil pemungutan suara Oktober lalu.
Profesor lulusan bisnis Harvard yang berusia 38 tahun itu memperoleh hampir 40 persen dukungan dari 72 ribu pemilih, mengungguli kandidat favorit veteran yang konservatif dan seorang pembaca berita lokal.
Nenshi yang mengajar di Universitas Mount Royal memulai kampanye dari sembunyi-sembunyi hingga meluas secara ekstensif melalui jejaring sosial, dimulai dengan pengumuman pencalonannya melalui pesan di laman mikro blogging Twitter.
Ia juga memperluas kampanye melalui Youtube dan Facebook, dengan menawarkan aplikasi khusus bagi pengguna iPhone yang dapat mengunduh konten media dari kedua laman internet itu.
Brosur online-nya diterjemahkan dalam sepuluh bahasa yang berbeda, yang kemudian membantunya dalam mengamankan dukungan dari para imigran yang berbasis di ibukota Kanada.
Selain itu, Nenshi melakukan pertarungan kampanye politik klasik dengan mencela anggaran belanja pemerintahan sebelumnya yang mewah dan menyoroti pendukung imigrannya.
Pengangkatannya sebagai walikota adalah yang pertama bagi Kanada yang telah lama digembar-gemborkan sebagai negara liberal toleran dengan sejarah multikultural.
Nenshi adalah Muslim pertama yang dipilih untuk memimpin sebuah kota besar di Kanada besar, atribut yang katanya bukan isu utama dalam kampanye.
Apa rahasianya untuk menang?
"Saya tidak menghindar dari apapun dalam kampanye ini," kata Nenshi. "Dan isu-isu ras dan agama tidak mencuat - kecuali, terus terang, oleh media," katanya. Menurutnya, ketika seseorang datang dengan ide orisinil yang masuk akal dan memenuhi harapan orang banyak, maka apapun agamanya, dia akan "memenangkan" perhatian.
"Saya berharap bahwa setiap anak yang bangun pagi ini dan orang tua mereka mmembaca koran atau menyalakan TV - terlepas dari latar belakang mereka, tanpa memandang etnis mereka atau pendapatan mereka atau apa yang lingkungan mereka tinggal di kota ini - Saya berharap setiap anak di kota berkata, "Wow, di Calgary aku bisa melakukan apa saja," ujarnya.
Selama kampanye, Nenshi berjanji untuk mengurangi angka kemiskinan di perkotaan, membuat lingkungan lebih menyenangkan, lebih aman, dan lebih hijau.
"Kami benar-benar berusaha tidak hanya untuk menggunakan Twitter dan Facebook sebagai semacam mekanisme siaran pers, namun kesempatan untuk terlibat dalam dialog dua arah benar-benar otentik dengan warga," kata Nenshi.
Bahkan, salah seorang pesaing ketatnya, Ric McIver, seorang anggota Dewan senior, mengatakan ia kecewa dengan hasil pemilu tapi senang Nenshi yang akhirnya menjadi walikota. "Intinya, aku tidak mendapatkan cukup suara. Itu sifat demokrasi," kata McIver. "Saya senang. Saya tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri seandainya bukan dia yang menjadi walikota," tambahnya.
Nenshi mendapat 140.263 suara - 40 persen dari seluruh pemilih. McIver mengambil 32 persen, sedangkan seorang presenter televisi, Barb Higgins mendapat 26 persen.
Nenshikini menetapkan empat prioritas yang tengah ditanganiya usai dilantik Oktober lalu, yaitu: mengurusi defisit anggaran 60 juta dolar AS, membuat terowongan jalan di bawah landasan pacu bandara baru, pembangunan jaringan kereta api baru, dan mereformasi administrasi kota.