Rabu 08 Feb 2023 09:56 WIB

LP3ES: Nahdlatul Ulama Membuktikan Dedikasi pada Bangsa

Untuk menjadi Nahdlatul Ulama seseorang tidak harus pernah belajar di pesantren

Warga menyaksikan konser dengan latar belakang gambar lima tokoh Nahdlatul Ulama menggunakan kertas berisi harapan dan doa sebanyak 26.000  saat acara Resepsi Puncak Satu Abad NU di halaman Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/8/2023). Selain itu, dalam acara Resepsi Satu Abad NU juga turut memecahkan rekor dengan tarian sufi sepanjang 2 kilometer dari Alun-alun Sidoarjo menuju Gelora Delta Sidoarjo.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga menyaksikan konser dengan latar belakang gambar lima tokoh Nahdlatul Ulama menggunakan kertas berisi harapan dan doa sebanyak 26.000 saat acara Resepsi Puncak Satu Abad NU di halaman Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/8/2023). Selain itu, dalam acara Resepsi Satu Abad NU juga turut memecahkan rekor dengan tarian sufi sepanjang 2 kilometer dari Alun-alun Sidoarjo menuju Gelora Delta Sidoarjo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pengurus Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Jakarta Abdul Hamid (Gus Hamid) mengatakan selama satu abad terakhir Nahdlatul Ulama (NU) telah membuktikan dedikasinya pada bangsa Indonesia.

"Keterlibatan NU dalam perjuangan membentuk, mendirikan dan menegakkan kemerdekaan telah cukup menjadi bukti bahwa NU telah mempersembahkan dedikasinya yang luar biasa," kata Ketua Dewan Pengurus LP3ES Jakarta Abdul Hamid (Gus Hamid) melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga

Gus Hamid mengatakan jika dirinci secara detail apa yang dilakukan NU selama ini pada umat dan bangsa Indonesia, mungkin agak sulit. Namun, hal itu dapat dilihat dari dedikasi yang telah dilakukan organisasi islam tersebut.

Ia mengatakan untuk menjadi NU seseorang tidak harus mendaftar atau pernah belajar di sebuah pesantren. Individu yang pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren maka akan masuk dan menjadi bagian dalam dunia pesantren.

Namun, dunia pesantren juga memiliki mekanisme dan institusi sosial-keagamaan yang dikembangkan sedemikian rupa dengan cara kreatif dalam membangun afinitas teoritis antara doktrin dengan tradisi.

Kini, di usia satu abad, pilar NU yakni pesantren sejak dekade 1970 an telah berkembang dan makin kompleks dan tidak lagi monolit. Pesantren kholaf (modern) tumbuh dimana-mana dengan berbagai wajah dan institusi-institusi pendidikan yang dikembangkannya. Tidak sampai di situ saja, NU juga banyak mendirikan universitas dan pesantren.

Ia mengatakan kekuatan-kekuatan baru yang tumbuh dari "tanah" NU memerlukan ruang eksistensi dan kiprah baru. Selain itu, NU dinilai juga perlu melakukan lompatan jauh ke depan serta melakukan gerakan kembali ke khittah kedua.

"Jika khittah pertama adalah menarik NU dari jambangan politik, kini perjuangan NU di ranah politik telah diwadahi PKB. Maka kembali ke khittah kedua untuk mendigdayakan NU sebagai gerakan pemikiran dan ekonomi," ujarnya.

Hal itu sebagaimana visi taswirul afkar dan nahdlatul tujjar yang merupakan embrio dan energi inti berdirinya NU. Hal tersebut seharusnya menjadi tuntutan peran masa depan oleh NU, kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement