Senin 30 Jan 2023 18:57 WIB

Ketum PBNU: Kita Butuh Dialog yang Lebih Jujur Antaragama

Di setiap agama ada hal-hal yang harus dicarikan formulasi yang lebih kontekstual

Rep: Muhyiddin/ Red: Gita Amanda
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan hasil komunike Religion of Twenty (R20) yang digelar di kawasan Nusa Dua Bali, Kabupaten Badung pada 2-3 November 2022 lalu. (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan hasil komunike Religion of Twenty (R20) yang digelar di kawasan Nusa Dua Bali, Kabupaten Badung pada 2-3 November 2022 lalu. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan hasil komunike Religion of Twenty (R20) yang digelar di kawasan Nusa Dua Bali, Kabupaten Badung pada 2-3 November 2022 lalu. Selain itu, Gus Yahya juga menyampaikan langkah-langkah yang akan dilakukan ke depan untuk mewujudkan hubungan antaragama yang lebih harmonis.

Menurut dia, untuk mewujudkan kehidupan yang lebih damai di dunia ini, sekarang ini membutuhkan dialog yang lebih jujur di antara kelompok agama dunia. 

"Kita membutuhkan dialog yang lebih jujur di antara kelompok-kelompok agama," ujar Gus Yahya saat menjadi narasumber ahli dalam kuliah umum yang digelar di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok, Jawa Barat, Senin (30/1/2023).

Karena, lanjut Gus Yahya, di setiap agama ada hal-hal yang harus diurai dan dicarikan formulasi-formulasi yang lebih kontekstual dengan situasi sekarang. Menurut dia, hal ini penting untuk mewujudkan hubungan antaragama yang lebih damai. 

"Sehingga kita bisa mewujudkan, menghubungkan antaragama yang lebih damai, lebih harmonis," ucap Pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin Rembang ini.

Saat berpidato di hadapan ratusan mahasiswa UIII, Gus Yahya juga menyampaikan bahwa dalam Forum G20 beberapa tahun lalu sebenarnya sudah diselenggarakan forum lintas agama, yaitu Interfaith Forum (IF-20). Namun, menurut Gus Yahya, R20 yang digelar di Bali pada 2-3 November 2022 lalu memiliki ide yang berbeda. 

"Kita punya ide berbeda bagaimana mengadakan dialog lintas agama," kata Gus Yahya. 

Di Islam sendiri, menurut Gus Yahya, masih ada kelompok yang mengajarkan bahwa non Muslim adalah musuh umat Islam dan musuh Tuhan. Karena itu, tak heran jika masih ada konflik antara umat beragama. 

"Nah, kita butuh untuk mendorong, harus bisa direkontekstualisasikan dalam realitas masa kini," jelas Gus Yahya.  

Sementara itu, Rektor UIII Prof Komarudin Hidayat mengepreasi Gus Yahya yang telah menyempatkan diri untuk hadir di Kampus UIII. Dia juga mengucapkan selamat kepada NU yang telah mencapai usia Satu Abad.

"Saya memgapresiasi Gus Yahya yang datang ke sini dan selamat atas Harlah 100 Tahun NU," jelas Komarudin.

Namun, dia menyampaikan bahwa dialog lintas agama di Indonesia sendiri telah lama dilakukan. Bahkan, tanpa dialog lintas agama pun kehidupan antarumat beragama di Indonesia sudah berjalan dengan baik.

"Hanya belakangan saja pengaruh transnasional dari Timur Tengah, kemudian politisasi agama, kemudian muncul friksi-friksi. Tapi,  sebelum itu rukun-rukun saja," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement