Selasa 10 Jan 2023 16:48 WIB

Ulama India: Gadis Muslim Jadi Sasaran Pemurtadan di Sekolah Campuran

Menurutnya, godaan kemurtadan ditujukan pada umat Islam secara terencana.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Wanita Muslim mengenakan Niqab (cadar yang menutupi wajah kecuali area mata) berjalan di jalan di Bangalore, India, 16 Februari 2022. Pengadilan Tinggi Karnataka mendengar pada 16 Februari petisi yang menentang larangan jilbab di lembaga pendidikan karena perguruan tinggi pra-universitas dilarang. dibuka setelah ditutup selama seminggu, karena deretan hijab. India telah mengalami peningkatan jumlah kejahatan kebencian dan serangan terhadap Muslim, Kristen, dan Minoritas dalam beberapa bulan terakhir. Ulama India: Gadis Muslim Jadi Sasaran Pemurtadan di Sekolah Campuran
Foto: EPA-EFE/JAGADEESH NV
Wanita Muslim mengenakan Niqab (cadar yang menutupi wajah kecuali area mata) berjalan di jalan di Bangalore, India, 16 Februari 2022. Pengadilan Tinggi Karnataka mendengar pada 16 Februari petisi yang menentang larangan jilbab di lembaga pendidikan karena perguruan tinggi pra-universitas dilarang. dibuka setelah ditutup selama seminggu, karena deretan hijab. India telah mengalami peningkatan jumlah kejahatan kebencian dan serangan terhadap Muslim, Kristen, dan Minoritas dalam beberapa bulan terakhir. Ulama India: Gadis Muslim Jadi Sasaran Pemurtadan di Sekolah Campuran

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Presiden organisasi Muslim terkemuka India, Jamiat Ulama Hind, Maulana Arshad Madani menyebut gadis-gadis Muslim saat ini menjadi sasaran di sekolah campuran. Muslimah disebutnya menjadi sasaran pemurtadan yang semakin kuat oleh sistem pendidikan campuran.

Dilansir dari India TV News, Senin (9/1/2023), Madani menegaskan ia menentang pendidikan bersama, tetapi bukan pendidikan untuk perempuan. Sementara ekstremisme agama didorong di negara itu untuk mengalihkan perhatian orang dari masalah ekonomi.

Baca Juga

“Permainan memecah-belah orang atas dasar kebencian agama dan sektarianisme ini akan menghancurkan negara. Seseorang tidak dapat disesatkan dari masalah nyata untuk waktu yang lama. Alih-alih politik, jika sumber daya pekerjaan tidak diciptakan, pekerjaan tidak diberikan kepada orang-orang berpendidikan untuk anak-anak muda, maka tidak lama lagi anak-anak muda ini akan terlihat di jalan-jalan melakukan protes," kata Madani.

Menurutnya, godaan kemurtadan menyebar dengan cepat di negara itu dan ia menuduh hal itu ditujukan pada umat Islam secara terencana. Terutama kepada wanita dan gadis Muslim yang sedang menjadi sasaran.

"Godaan ini semakin kuat karena sistem pendidikan bersama dan itulah mengapa kami menentangnya. Media menyampaikan pendapat kami dengan cara yang negatif dan mengiklankan Maulana Madani menentang pendidikan untuk anak perempuan. Padahal kami menentang pendidikan campuran, kami tidak menentang pendidikan untuk anak perempuan," katanya.

“Apapun yang bisa kita lakukan, kita harus lakukan sekarang untuk kesejahteraan negara dan pengembangan pendidikannya,” tambahnya.

Madani melihat negara berada pada titik kritis, karena di satu sisi, umat Islam terjerat dalam berbagai masalah. Sementara di sisi lain, saluran pembangunan ekonomi, sosial, politik dan pendidikan diblokir untuk mereka.

"Jika kita harus mengalahkan konspirasi ini dan mencapai puncak kesuksesan, kita harus mendirikan lembaga pendidikan terpisah untuk anak laki-laki dan perempuan kita," katanya.

Madani mengatakan, sejarah menjadi saksi pendidikan menjadi kunci untuk mencapai kemajuan di setiap zaman. “Jadi kita harus menarik anak-anak kita tidak hanya ke pendidikan yang lebih tinggi, tetapi kita harus mendorong mereka untuk ujian kompetitif dengan menghilangkan rasa rendah diri dari mereka dan dengan cara ini, kita dapat memberikan jawaban yang tegas untuk setiap konspirasi terhadap kita,” jelasnya.

Pada Agustus 2021, Jamiat telah menganjurkan pendirian sekolah dan perguruan tinggi terpisah untuk perempuan dan anak perempuan. Ia mengatakan non-Muslim juga harus menahan diri tidak memilih sistem pendidikan bersama bagi anak perempuan mereka. Hal ini diklaim perlu untuk menjauhkan mereka dari amoralitas dan perilaku buruk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement