Sabtu 13 Aug 2022 22:27 WIB

Respons Gelar Gus oleh Samsudin, LBM PBNU: Bisa Saja Diusut 

LBM PBNU menilai penggunaan gelar gus Samsudin bisa diusut validitasnya

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Samsudin Jalani Pemeriksaan Terkait Laporan terhadap Pesulap Merah. LBM PBNU menilai penggunaan gelar gus Samsudin bisa diusut validitasnya
Foto: Dadang Kurnia
Samsudin Jalani Pemeriksaan Terkait Laporan terhadap Pesulap Merah. LBM PBNU menilai penggunaan gelar gus Samsudin bisa diusut validitasnya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Berselisih dengan pesulap merah atau pesulap Marcel Radhival, sosok Gus Samsudin menjadi sorotan publik.

Banyak warganet yang akhirnya mempertanyakan latar belakang kehidupannya, terutama terkait gelar Gus yang dia pakai.

Baca Juga

Sebagian orang menyangsikan kebenaran nasab Gus Samsudin yang menggunakan gelar Gus karena gelar ini biasanya dipakai anak para kiai atau ulama dalam tradisi masyarakat Jawa. 

Beberapa bahkan memprotes penggunaan gelar ini karena aktivitas Gus Samsudin yang diduga akan mencoreng nama baik para anak Kiai.

Menanggapi ini, Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), KH Mahbub Maafi, mengaku tidak mempermasalahkan penggunaan gelar Gus oleh Gus Samsudin. Menurutnya, nama baik para anak kiai tidak mudah tercoreng oleh oknum individu seperti ini.

"Saya kira nggak lah, saya kira nggak mencoreng. Sedikit ada efek, iya. Tapi saya kira nggak lah. Orang sekarang sudah paham, sudah tahu cara membedakannya," katanya.

"Tapi istilah itu (Gus) sekarang tidak menjadi monopoli, tidak kemudian jadi milik orang yang hanya gara-gara putranya kiai. Orang sekarang banyak yang namanya Agus. Kan bisa saja dia dipanggil Gus padahal Agus," tambahnya sambil berkelakar.

Mengenai kebenaran nasab Gus yang dipakai Gus Samsudin, menurutnya perlu diusut jika memang melakukan kebohongan. Termasuk juga soal dugaan aktivitas yang merugikan orang lain yang dilakukan Gus Samsudin.

Kiai Mahbub menekankan, kebohongan yang menimbulkan perdebatan apalagi membuat kerugian di tengah masyarakat dilarang dalam Islam. Adapun mengenai praktik perdukunan yang diduga dilakukan Gus Samsudin juga telah jelas hukumnya dalam Islam, yaitu haram.

"Kita belum ngomong konteks agama. Profesi orang apa saja sebenarnya nggak ada masalah. Tapi yang jelas profesi ini tidak merugikan orang lain dalam konteks bernegara. Jangan ngomong soal agama dulu, itu terlalu jauh. Apakah profesi itu merugikan orang atau tidak, bikin resah orang lain atau tidak, atau mungkin kalau memang melakukan penipuan kita serahkan ke pihak berwenang untuk menanganinya," ujarnya.    

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement