Selasa 21 Dec 2021 16:18 WIB

Kisah Bu Rani Mualaf: Hidup Lebih Tenang dari Semua Urusan

Rani Gerung mengucapkan kalimat syahadat di tahun 2014

Rani menjadi peserta pemberdayaan ternak nusantara LMI, berupa ternak kambing.
Foto: istimewa
Rani menjadi peserta pemberdayaan ternak nusantara LMI, berupa ternak kambing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menemukan ketenangan dan urusan dipermudah. Begitulah yang dirasakan oleh Rani Gerung muallaf binaan LMI ini sejak memeluk Islam. 

Rani Gerung mengucapkan kalimat syahadat di tahun 2014, namun baru setahun terakhir ini mulai intensif belajar Islam. Ketiadaan pembimbing serta tempat tinggalnya di pulau terpencil membuat dirinya berusaha belajar sendiri meski terbatas.

Baca Juga

Melalui kelompok pembinaan muallaf yang diasuh oleh fasilitator LMI, ustaz Faishol Mubarok, bersama dengan 25 muallaf lainnya Rani mulai belajar mengaji dan melaksanakan shalat dengan baik dan sesuai rukunnya. 

“Alhamdulillah, setahun ini belajar membaca Quran setiap jumat sore bersama ustaz Faishol. Mulai dari mengenal huruf, hingga sekarang sudah iqro 4,” ungkap Rani.

Dari pengajian muallaf yang terletak di desa Wayamiga, Bacan Timur, Halmahera Selatan ini pula, Rani kemudian menjadi peserta pemberdayaan ternak nusantara LMI, berupa ternak kambing.

Tiga bulan berlalu, sejak Rani mendapatkan bantuan hewan kambing sejumlah lima anakan betina dan satu ekor jantan. Kini kambing nya sudah mulai menunjukkan hasilnya. Seekor kambing betina sudah beranak satu, serta kambing betina lainnya sekarang dalam keadaan bunting.

“Merawat kambing ini tidak susah, namun memang harus rajin memberi pakan. Karena kambingnya kami masukkan ke kandang dan dibuatkan pagar agar lebih bebas dan ruang geraknya tidak terbatas," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement