Sabtu 13 Nov 2021 17:06 WIB

2 Alasan Mengapa Kita Patut Minta Maaf kepada Rasulullah

Rasulullah SAW teladankan pentingnya berikan kemudahan beragama

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah SAW teladankan pentingnya berikan kemudahan beragama. Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: republika
Rasulullah SAW teladankan pentingnya berikan kemudahan beragama. Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO— Seringkali dalam berdakwah kita lebih memilih perkara yang justru menyulitkan umat. Padahal hal ini tak sesuai dengan tuntunan Rasulullah, Muhammad ﷺ.

Pendakwah dari Mesir, Syekh Ramadhan Abdul Mu'az menjelaskan hadits Nabi Muhammad ﷺ tentang seorang Arab badui yang berbuat kesalahan dan kencing di masjid Nabi. Maka Rasulullah lalu berkata kepada para sahabat yang hendak memukul orang badui itu karena kencing di masjid : Biarkanlah … karena sesungguhnya kalian itu diutus untuk memberi kemudahan," Dan Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman dalam Alquran: 

Baca Juga

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar….(Ali Imran ayat 110). 

 

Syekh Ramadhan menjelaskan bahwa memang yang diutus Allah adalah Nabi Muhammad ﷺ. Akan tetapi Nabi Muhammad mengajarkan kepada setiap umatnya bahwa mereka juga sebagai orang yang diutus untuk menyampaikan tuntunan yang telah diberikan nabi baik dalam perkara kebaikan maupun dalam hal memudahkan. 

Karena itu dalam sebuah program televisi, Syekh Abdul Mu'az mengatakan bahwa kita (umat Rasul) harus meminta maaf kepada Rasulullah ﷺ karena dua alasan. Pertama, bahwa kita (umat Rasulullah) tidak meneruskan ajaran atau risalah Rasul sebagaimana mestinya serta membatasi dakwah pada jalan Allah. Yang kedua, dalam urusan mempermudah diri. (Maksudnya tidak memberikan kemudahan atau keringanan terhadap persoalan orang lain atau tidak memberikan toleransi atau kemakluman kepada kesalahan yang dilakukan orang lain karena ketidak tahuannya).

Selain argumentasi di atas, terdapat ayat lain yang menerangkan tentang kemudahan beragama. Di antaranya adalah surah Al Baqarah ayat 185:

 يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ Artinya, "Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan."

Begitu pula dengan surat Al Hajj ayat 78 yang menerangkan soal keutamaan berjihad. Ibadah ini pun tidak dimaksudkan untuk menyulitkan hidup orang-orang beriman.  

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ "Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama."

Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut. "Allah tidak membebani kalian melainkan sebatas kemampuan. Tiada sesuatu yang dibebankan kepada kalian kemudian kalian merasa berat atasnya, melainkan Allah sediakan jalan keluarnya."

 

Sumber:  elbalad    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement