Ahad 17 Oct 2021 12:31 WIB

Daarul Qur’an Kembali Gelar Wisuda Tahfizh Nasional

Pesantren tahfizh Daarul Qur’an kembali menggelar Wisuda Tahfizh Nasional (WTN).

Pesantren tahfizh Daarul Quran kembali menggelar Wisuda Tahfizh Nasional (WTN).
Foto: istimewa
Pesantren tahfizh Daarul Quran kembali menggelar Wisuda Tahfizh Nasional (WTN).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pesantren tahfizh Daarul Qur’an kembali menggelar Wisuda Tahfizh Nasional (WTN). WTN kali ini memasuki penyelenggaraan ke 7 dan spesial karena digelar bertepatan dengan Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2021 mendatang, seolah menasbihkan bahwa WTN menjadi harinya para santri penghafal Qur’an di seluruh penjuru negeri.

WTN kali ini akan dilaksanakan di Pesantren Tafizh Daarul Qur’an Pusat, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Sebanyak 300 santri berpartisipasi di even ini. 148 santri putra dan 152 santri putri dari seluruh cabang Pesantren Daqu, baik reguler maupun takhassus, program Tahfizh Camp, Fullday, Perguruan Tinggi, serta rumah-rumah tahfizh di seluruh Indonesia. Mereka terbagi dalam 3 kategori hafalan, yakni 5, 15, dan 30 juz.

Baca Juga

Fawwaz, Athaa dan Badra adalah 3 dari 300 santri yang akan mengiikuti WTN. Ketiga santri merupakan santri Pesantren Daqu Tangerang, sang tuan rumah acara. Fawwaz dan Badra merupakan santri kelas 10 dan 11 SMA, sementara Athaa adalah lulusan I’daad Shigor putra, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, yang sekarang duduk di kelas 7 SMP.  

Muhammad Fawwaz Syauqi Ramdhan, nama lenkap Fawwaz, adalah santri asal Kota Jambi. Ia akan mengikuti WTN di kategori 15 juz, Insya Allah tahun depan akan melanjutkan di kategori 30 juz. Dengan WTN ini ia bisa mendapat sertifikat yang bisa dipergunakan untuk meraih mimpinya kuliah di luar negeri, baik di Timur Tengah maupun negara-negara barat yang punya tekologi canggih.

Ketka mengikuti tes untuk ikut WTN, para santri akan diuji oleh Kyai Muhaimin selaku Kepala Biro Tahfizh beserta para masyayikh dan guru-giri tahfzh lainya. Badra, yang punya nama lengkap Loluth Badra Haliwungan mengaku sempat kelimpungan menjawab pertan yaan dari para guru. “kadang-kadang panik kalo lupa,” terangnya. Meski begitu, santri asal Pekalongan, Jawa Tengah, tetap mampu lolos dari lubang jarum dan akan berpartisipasi di kategori 30 juz.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement