Senin 19 Apr 2021 04:50 WIB

Mualaf Gabriel: Tenangnya Negara Muslim Saat Ramadhan 

Meski terhalang berpuasa karena sakit, Gabriel temukan ketenangan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Meski terhalang berpuasa karena sakit, Gabriel temukan ketenangan. Ilustrasi Ramadhan
Foto: Pixabay
Meski terhalang berpuasa karena sakit, Gabriel temukan ketenangan. Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Ketika ekspatriat Inggris, Alexander Gabriel telah memeluk Islam dan mengetahui bahwa dia tidak bisa berpuasa, berita itu seperti pukulan besar baginya. Guru sekolah di Dubai berusia 32 tahun ini menderita epilepsi.  

Dia mengalami kejang yang dipicu dehidrasi, ketika dia pertama kali mencoba berpuasa Ramadhan sebagai seorang Muslim baru pada 2014, ketika dia mengajar di Mesir. 

Baca Juga

“Selama Ramadhan pertama saya, saya menemukan bahwa saya tidak dapat mengikuti puasa karena saya menderita epilepsi. Saya mengalami kejang di tengah jalan dan diberi tahu bahwa dehidrasi adalah salah satu pemicu saya. Ini merupakan pukulan besar bagi saya sebagai mualaf karena tidak mengambil bagian dalam salah satu dari lima rukun Islam," kata Gabriel, yang mengajar siswa Kelas 4 di Akademi GEMS Wellington, Silicon Oasis, Dubai. 

Namun Gabriel melihat kesulitannya sebagai kesempatan untuk mengalihkan fokusnya pada berbagai aspek spiritual Ramadhan. Seperti berbuat kebaikan kepada orang lain.  

 

"Untunglah, guru saya saat itu menjelaskan kepada saya bahwa Ramadhan bukan hanya tentang puasa, melainkan ada kedalaman yang jauh lebih besar yang harus dibawa ke permukaan," katanya, dilansir dari laman Gulfnews, Ahad (18/4).   

Bagi Gabriel dan keluarganya di sini yakni istrinya Hannah, putrinya Luna dan putranya Roman, Ramadhan adalah acara yang terus berkembang dalam rumah tangga.  

“Karena epilepsi saya, saya tidak dapat berpuasa, jadi penting bagi kita untuk mengamati bulan yang indah ini secara lebih mendalam. Kami mencoba memperkuat pilar lain jika memungkinkan dan mengajari kedua anak kami nilai-nilai menjadi orang baik,” katanya.  

Luna baru saja menginjak usia empat tahun dan orang tuanya berencana untuk memperkuat apa yang selalu mereka ajarkan padanya, yakni pentingnya beramal dan bagaimana merawat orang lain.  

“Sejak dia berusia dua tahun, Luna selalu membantu kami dengan beramal. Kami mencoba melakukan apa yang kami bisa untuk komunitas lokal, di mana pun kami tinggal, dan di usia yang begitu muda, Luna memahami pentingnya apa yang dia lakukan. Dia membantu kami memberikan makanan kepada supir taksi di Bangkok, kepada pekerja konstruksi di Doha dan kepada petugas keamanan di sini di Dubai,” kata Gabriel yang berasal dari Southend-On-Sea, Essex, di selatan Inggris.  

Dia menunjukkan bahwa dia tidak dapat melakukan ini sendiri secara langsung tahun ini karena persyaratan menjaga jarak sosial yang saat ini berlaku.   

Namun Luna juga memiliki kalender Ramadhan yang dibuat Gabriel bersama istrinya. Setiap hari ada pesan atau permintaan yang berbeda untuk mencoba lebih memperkuat makna bulan suci. Bisa berupa langkah-langkah kecil, seperti bersikap baik kepada adik laki-lakinya, atau kegiatan yang lebih besar, seperti membantu membuat paket makanan yang bisa diberikan keluarga kepada orang lain.  

“Ketika putra kami, Roman, sudah cukup besar, kami akan mendorongnya untuk ikut serta dan kami berharap Luna sudah memiliki cukup pengetahuan untuk mendukungnya.”    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement