Selasa 07 Apr 2020 05:45 WIB

Saat Buya Hamka Ditanya Soal Pak Haji yang Keji

Kebaikan sosial tidak dimaksudkan hanya terjadi ketika seseorang sholat.

Saat Buya Hamka Ditanya Soal Pak Haji yang Keji. Buya Hamka
Saat Buya Hamka Ditanya Soal Pak Haji yang Keji. Buya Hamka

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Shobahussurur

JAKARTA -- Suatu ketika, Buya Hamka ditanya seorang ibu anggota pengajian tentang dua fenomena sosial. Pertama, ada orang bergelar 'Pak Haji', setiap hari shalat fardhu berjamaah di masjid, tetapi dia kejam pada istri dan anak-anaknya, sering berkata kasar, bakhil, dan tidak ramah pada tetangga.

Baca Juga

Yang kedua, seorang dokter, memelihara anjing, tidak pernah shalat, apalagi ke masjid, tetapi dokter ini berkepribadian baik, keluarganya tenteram dan damai, sering membantu fakir miskin, akrab dengan tetangga, serta suka memberi bantuan. Sang ibu bertanya, apa makna QS Alankabut: 45 yang antara lain menyatakan, "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar."

Bukankah si haji yang rajin shalat itu tidak memberikan efek sosial apa pun, sementara sang dokter yang tidak shalat justru mampu berperilaku sosial yang baik? Secara diplomatis Buya Hamka menjawab,"Si haji akan lebih jahat andaikata tidak shalat, sementara sang dokter akan jauh lebih baik andaikata mau shalat."

Pengabdian yang abadi dan loyalitas kebaktian yang kekal kepada Allah SWT, walaupun tergambar dalam shalat, tentu tidak dimaksudkan hanya terjadi ketika seseorang melakukan shalat. Kalau itu yang terjadi, sesungguhnya hanya sedikit sekali waktu pengabdian kita pada Allah.

Hitung saja waktu yang kita gunakan untuk shalat selama hidup. Bila usia kita 70 tahun umpamanya, dengan prediksi mulai baligh umur 16 tahun, maka kewajiban menjalankan shalat terjadi dalam rentang 54 tahun (19.224 hari).

Setiap hari dibutuhkan waktu 25 menit, untuk shalat lima kali (lima menit setiap kali shalat). Maka dalam masa 54 tahun (19.224 hari) itu kita hanya membutuhkan waktu 480.600 menit, yang setara dengan 8.010 jam, atau sama dengan 333 hari 18 jam, atau sebanding dengan 11 bulan 3 hari 18 jam, dan kalau dibulatkan menjadi satu tahun. Itu berarti hanya 1,85 persen waktu hidup kita untuk shalat dan sisanya (98,15 persen) untuk aktivitas yang lain.

Dalam rangka pengabdian abadi, semestinya aktivitas yang lain (98,15 persen) itu merupakan refleksi dari shalat yang hanya menghabiskan sedikit waktu dalam hidup kita. Bila pengabdian itu hanya dilakukan ketika shalat, sungguh sedikit sekali waktu kita mengabdi kepada Allah. Karena itu, kita harus mengisi waktu yang terbanyak itu dengan melaksanakan 'shalat-shalat' lain dalam hubungannya dengan kegiatan sosial.

sumber : Arsip Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement