Rabu 23 May 2018 06:58 WIB

Mencontoh Semangat Islam dari Muslim Papua

Orang tua berharap anak-anak mereka menjadi generasi Muslim yang baik.

Anak-anak Muslim Papua yang mengikuti Kampung Ramadhan IZI.
Foto: IZI
Anak-anak Muslim Papua yang mengikuti Kampung Ramadhan IZI.

REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA -- Siapa sangka masyarakat Muslim Nuu Waar ternyata sangat bersemangat dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Salah satu perintah yang paling kentara dilaksanakan masyarakat Nuu Waar adalah memupuk ukhuwah islamiyah.

Nuu Waar atau lebih akrab dengan sebutan Papua, dikenal memiliki masyarakat yang keras, antagonis. Namun anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Warga Muslim Papua memiliki akhlak yang mulia. Akhlak mulia tersebut lebih-lebih mereka tunjukkan saat menyambut kedatangan saudara Muslim mereka dari luar Papua.

Meski dari ras yang berbeda, tak mengurangi keramahan yang mereka ungkapkan. Saling sapa, jabat tangan dan melempar senyuman jadi tradisi Muslim Papua. Keramahan Muslim Papua bahkan bisa dibilang lebih dari orang Jawa, yang warganya dikenal ramah.

Di Jawa, belum pernah penulis menemukan orang yang menghormati tamu hingga membawakan barang bawaan. Paling hanya bilang gawanane dokok ten mejo mawon, Mas (barangnya taruh di meja saja, Mas). Keramahan Muslim Papua mungkin tak ada duanya.

Perkara lain yang sangat diperhatikan bagi warga Muslim Papua adalah shalat. Dalam lima waktu shalat, masjid selalu ramai, baik anak-anak, pemuda, maupun orang tua.

Sebelum masuk waktu shubuh, beberapa bapak-bapak sudah bersimpuh di lantai masjid menggunakan kaos dan sarung, sebagian lain berjubah. Melaksanakan shalat tahajud di sepertiga malam terakhir.

Mereka terlihat khusyuk dalam shalat tahajud hingga azan dikumandangkan. Ayat Alquran juga dilantunkan dengan merdu dan fasih. Bahkan, saat listrik padam, mereka menyalakan genset listrik demi menerangi masjid.

Untuk urusan pendidikan Islam, warga Muslim Papua sangat bersemangat. Para orang tua berharap anak-anak mereka menjadi generasi Muslim yang baik pada masa yang akan datang.

Beberapa dari mereka menyerahkan anak-anak agar dididik melalui program Kampung Ramadhan yang digagas oleh Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Inisiatif Zakat Indonesia (IZI). Tak masalah akan pergi dari kampung halaman dalam waktu yang sangat lama, asal bisa menjadi dai-dai di masa depan untuk menyebarkan Islam di tanah Papua.

Dalam program Kampung Ramadhan selama 30 hari tersebut, menyiapkan berbagai program mengisi waktu puasa di bulan Ramadhan seperti Kajian Wawasan Islam, Pembelajaran Alquran, Pesantren Ramadhan Anak dan Shalat Tarawih bersama Dai IZI. Untuk menunjang kehidupan para warga yang kali ini berlokasi di berbagai desa di Kabupaten Sorong, IZI menyiapkan ratusan paket sembako hingga zakat fitrah dan fidyah.

photo

Menurut Sarima, salah seorang tim Kampung Ramadhan di Sorong mengungkap, mayoritas warga setempat bermata pencaharian sebagai penjual kayu bakar, penggali batu karang, nelayan tradisional hingga buruh kasar. "Tak besar penghasilan warga disini. Sebanyak 1,5 juta mereka terima setiap bulan, namun tahu sendiri disini beli apa-apa itu mahal karena kondisi jarak. Jadi ya sangat sedikit, terlebih mereka punya keluarga," katanya, Selasa (22/5).

Sebagai contoh, ayah dari Hamzah Honolulu. Ia meminta kepada dai IZI untuk mendidik Hamzah dengan tegas.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada IZI dan para ustaz karena telah mendidik anak saya. Karena dengan begini para anak dan pemuda disini akan terjaga kondisinya, tidak liar dan saleh,” ujarnya.

Minimnya dai di Papua membuat warga Muslim minim pula dalam belajar agama Islam. Ayah Hamzah mengaku bisa mendidik membaca Alquran, tapi tidak bisa mengajarkan arti Alquran. Inilah mengapa ia serahkan Hamzah ke Kampung Ramadhan IZI.

Apa yang dilakukan masyarakat Papua di atas tentu bisa kita jadikan contoh. Bagaimana seharusnya memuliakan tamu dengan totalitas. Lalu mendekatkan diri dengan masjid dan mengajak keluarga melaksanakan shalat. Dan bagaimana melakukan pendidikan terhadap anak-anak untuk menjadi orang yang bermanfaat baik agama maupun bangsa di masa yang akan datang.

Dan yang perlu dicatat, tulisan ini bukan untuk merendahkan masyarakat satu dengan yang lain. Tapi bagaimana, kita sebagai Muslim mencontoh perilaku baik dari saudara Muslim yang lain.

Atau bahkan bisa lebih baik dari yang dicontoh. Inilah yang diajarkan Alquran kepada kita. Berlomba-lomba dalam kebaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement