Rabu 02 May 2018 16:56 WIB

Giat Menyuplai Energi Perjuangan Warga Gaza

Aksi dapur umum Indonesia di Gaza akan terus berlanjut.

Aksi Cepat Tanggap (ACT) sedang memberikan bantuan logistik bagi warga Gaza.
Foto: dok. ACT
Aksi Cepat Tanggap (ACT) sedang memberikan bantuan logistik bagi warga Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi al-Awdah March warga Gaza yang terus melakukan perlawanan terhadap pendudukan Israel mendapat dukungan dari berbagai kalangan, terutama dari tim Global Humanity Response (GHR) ACT.

Tim ACT melalu perwakilannya dengan cepat mendirikan dapur umum Indonesia  menyiapkan dan mendistribusikan ribuan paket pangan di tengah aksi al-Awdah March tersebut.

Menurut Andi Noor Faradiba selaku tim GHR ACT dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/5), sebanyak 4.000 paket makanan selesai disiapkan dan didistribusikan untuk ribuan peserta aksi al-Awdah March kelima.

Pekan berikutnya, aksi dapur umum Indonesia di Gaza akan terus berlanjut. "Alhamdulillah, doa dan aksi nyata dari masyarakat Indonesia diapresiasi luar biasa warga Palestina di Gaza," katanya. 

Mohammed Najjar, salah satu relawan ACT di Gaza, mengatakan, paket makanan siap santap diprioritaskan bagi anak-anak dan wanita peserta aksi. “Alhamdulillah, semuanya habis terdistribusikan sampai Jumat (27/4) petang, dan aksi ini akan terus berlanjut,” kata Najjar. 

Foto-foto yang dikirimkan sukarelawan ACT di Gaza menunjukkan tawa bahagia yang lengkap. Bahkan, tidak hanya anak-anak dan perempuan, ribuan peserta aksi, lelaki maupun perempuan, tua atau muda, mendapat porsi makanan siap santap yang sama. Ribuan nasi hangat dari Indonesia itu menambah daya gedor perjuangan warga Palestina di Gaza.

Aksi dengan tajuk al-Awdah March selalu ditunggu pria wanita hingga anak-anak setiap Jumat. Di dalam tenda-tenda yang mereka buat untuk aksi al-Awdah March, berkumpul damai ribuan keluarga Palestina. Mereka seperti berlibur untuk mendatangi aksi tersebut. Namun, tujuannya tetap sama, memperjuangkan tanah Palestina yang terjajah.

Mendekat ke perbatasan Gaza dan Israel, kepulan asap ban yang dibakar tampak sangat jelas. Di batas ini ledakan emosi yang terkadang dibayar dengan darah dan nyawa menjadi taruhan.

Emosi di gerbang perbatasan terkonversi menjadi batu yang dilemparkan ke perbatasan, sebagai bentuk protes warga Gaza. Protes atas penindasan sistematis yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina.

Di pagar perbatasan, lemparan batu dibalas dengan peluru tajam dari militer Israel. Darah pemberani pemuda syahid Palestina terus berulang mewarnai perjuangan membela negerinya yang terjajah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement