Selasa 24 Apr 2018 11:41 WIB

Konferensi Filantropi Islam Asia Tenggara ke-6 Digelar

Sejumlah gagasan dituangkan dalam konferensi ini.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Konferensi Internasional Filantropi Islam Asia Tenggara ke-6 yang  berlangsung pada 24-26 April 2018 di Eastparc Hotel Yogyakarta, Selasa (24/4).  Kegiatan mengusung tema Keunggulan Umat Melalui Pengintegrasian Filantropi Islam dan Keuangan Sosial Islam dalam Arus Utama Ekonomi. Wahyu Suryana
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Konferensi Internasional Filantropi Islam Asia Tenggara ke-6 yang berlangsung pada 24-26 April 2018 di Eastparc Hotel Yogyakarta, Selasa (24/4). Kegiatan mengusung tema Keunggulan Umat Melalui Pengintegrasian Filantropi Islam dan Keuangan Sosial Islam dalam Arus Utama Ekonomi. Wahyu Suryana

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- The 6th Southeast Asia International Islamic Philantropy Conference secara resmi berlangsung di DI Yogyakarta. Kali ini, Keunggulan Umat Melalui Pengintegrasian Filantropi Islam dan Keuangan Sosial Islam Dalam Arus Utama Ekonomi diangkat menjadi tema besar.

 
Konferensi diselenggarakan melalui Program Studi Ilmu Ekonomi dan Magister Ekonomi dan Keuangan Islam Universitas Islam Indonesia (UII), bekerja sama dengan Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia, Institut Manajemen Zakat (IMZ), Mandiri Amal Insani dan Dompet Dhuafa.
 
Chairman 6th SEAIIPC 2018, Achmad Thohirin mengatakan, konferensi yang telah mencapai seri keenam ini merupakan platform yang sangat baik untuk secara aktif berkontribusi. Terutama, dalam pengembangan filantropi Islam pada umumnya dan zakat serta wakaf secara khusus.
 
"Memasukkan lembaga-lembaga ini ke dalam sistem ekonomi utama dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada perkembangan ekonomi masyarakat," kata Thohirin.
 
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama, Muhammad Fuad Nassar mengapresiasi gelaran konferensi ini. Ia melihat, zakat memiliki potensi besar yang sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan umat.
 
Dalam tataran pengambilan kebijakan di Indonesia, hampir tidak dapat dipisahkan wacana perwakafan sebagai jantung filantropi Islam. Namun, kerja sama lintas negara, institusi dan sektor terus dilakukan demi mewujudkan tujuan-tujaun filantropi.
 
Intinya, semua elemen mengambil bagian dalam persoalan-persoalan ekonomi dan sosial kemanusiaan tersebut. Kehadiran filantropi itu seirama pula dengan tujuan awal yang diusung pendiri-pendiri bangsa yaitu memerdekakan manusia.
 
Fuad turut bersyukur negara-negara di Asia Tenggara berada dalam kondisi yang damai dan tidak tercerai-berai. Karenanya, ia mengajak negara-negara serumpun seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura memperkuat barisan yang ada.
 
"Kami mengajak untuk terus memperkuat ketahanan regional kita karena kita tengah menghadapi kekuatan global yang tidak selalu sejalan dengan kita," ujar Fuad saat mengisi diskusi panel Konferensi Islam Asia Tenggara di Eastparc Hotel Yogyakarta, Selasa (24/4).
 
Konferensi berhasil menarik sekitar 50 gagas ilmiah yang berasal dari berbagai kampus di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Tidak sekadar mendiskusikan gagasn ilmiah mengenai zakat dan wakaf, konferensi membahas perkembangan ekonomi Islam dunia saat ini.
 
Kegiatan diharapkan dapat menjadi ruang akademis yang mampu memberikan gagasan terhadap pengembangan dan kemajuan filantropi dan keuangan sosial Islam ke depan. Selama tiga hari, konferensi akan memaparkan hasil penelitian filantropi dan ekonomi Islam.
 
Kemudian, pada hari terakhir konferensi akan diajak untuk melihat langsung dua edukasi program berbasis Ziswaf. Yaitu, pemberdayaan ekonomi pengrajin Batik Imogiri binaan Dompet Dhuafa Yogyakarta dan pemberdayaan kesehatan Rumah Sehat Baznas Yogyakarta.
 
Sejumlah pembicara yang akan mengisi konferensi di antaranya Abd Halim Mohd Noor dari CIPSF UiTM Melaka Malaysia, Anggota Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Rahmat Hidayat, dan Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo.
 
Ada pula Direktur Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) FE UII Agus Widarjono, Dirut Dompet Dhuafa Filantropi Imam Rulyawan, Iwan Rudiyana dari Mandiri Amal Insani Foundation, Direktur Puskas Baznas Irfan Syauqi Beik dan Sekjen Forum Zakat Nana Sudiana. (Wahyu Suryana)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement