Kamis 29 Mar 2018 12:19 WIB

ACT Salurkan Ribuan Paket Pangan untuk Pengungsi Suriah

ACT sudah mengoperasikan sebuah bangunan permanen bertajuk IHC.

Rep: Muhyiddin/ Red: Dwi Murdaningsih
Indonesia untuk Ghouta
Foto: dok. ACT
Indonesia untuk Ghouta

REPUBLIKA.CO.ID, GHOUTA -- Arus pengungsi asal Ghouta terus bertambah banyak untuk menuju Idlib, salah satu provinsi di Suriah yang kini menjadi tempat tujuan evakuasi. Kini jumlah pengungsi internal di Idlib sudah sangat berdesakan. Lebih dari sejuta jiwa pengungsi tinggal di kamp-kamp pengungsian internal yang tersebar merata di wilayah Idlib.

Sementara itu, tak begitu jauh dari Idlib, tepatnya di Kota Reyhanli, kota perbatasan yang menjadi gerbang keluar dari Idlib menuju ke Turki, Aksi Cepat Tanggap (ACT) sudah mengoperasikan sebuah bangunan permanen bertajuk Indonesia Humanitarian Center (IHC).

Direktur Global Humanity Response ACT, Bambang Triyono mengatakan, bangunan berupa gudang kemanusiaan ini dioperasikan ACT tepat di perbatasan, untuk menyuplai ribuan paket pangan tiap bulannya kepada pengungsi Suriah.

IHC menegaskan peran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang terus menyalurkan kepeduliannya untuk pengungsi Suriah. Bambang mengatakan, IHC terbuka untuk warga Indonesia mana pun, baik individu maupun organisasi, yang ingin turut berpartisipasi dalam penyediaan logistik bagi pengungsi Suriah.

"Karena ini adalah ikhtiar bersama kita, rakyat Indonesia. Sebelumnya masyarakat Indonesia melalui ACT telah mendistribusikan bantuan pangan ke pengungsi Suriah di perbatasan (Turki-Suriah) serta di Ghouta Timur. Dan kini, melalui program IHC, kita bisa terus membantu pengungsi Suriah dalam jangka panjang, khususnya dalam penyediaan kebutuhan pokok mereka," kata Bambang dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (29/3).

Idlib sebagai sebagai salah satu provinsi besar di sebelah Utara Suriah menjadi tapal batas langsung yang memisahkan Turki dan Suriah. Di antara rumit dan peliknya konflik di dalam Suriah, beberapa pihak yang berkonflik, sejak tahun 2017 lalu telah menetapkan Idlib sebagai zona de-eskalasi konflik. Artinya, Idlib pun harusnya menjadi tempat aman untuk warga sipil bernaung.

Tapi kenyataannya tak pernah berlaku demikian, Idlib tak juga lepas dari gempuran rezim. Melansir laman sebuah media berbahasa Inggris yang berbasis di Istanbul, TRT World, serangan atas Idlib menghujam lusinan kali selama beberapa bulan terakhir.

Mitra Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang beraktivitas di Idlib pun mengatakan, kini jumlah pengungsi internal di Idlib sudah sangat berdesakan. Lebih dari sejuta jiwa pengungsi tinggal di kamp-kamp pengungsian internal yang tersebar merata di wilayah Idlib.

"Asal mereka dari berbagai wilayah eskalasi konflik di luar Idlib seperti Aleppo, Homs, Hama, Damaskus, juga pengungsi asal Ghouta Timur yang baru saja tiba. Untuk bertahan hidup, jutaan pengungsi berpangku pada bantuan kemanusiaan dari pihak lain, termasuk mengharap bantuan dari Indonesia," kata mitra ACT di Idlib, Abdullah (nama samaran).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement