Kamis 08 Mar 2018 18:52 WIB

Dapur ACT di Ghouta Produksi 20 Ribu Paket Makanan per Hari

00 ribu orang yang masih hidup dan terkurung di Ghouta.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Dwi Murdaningsih
Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggelar acara Ngobrol Kemanusiaan bertajuk Selamatkan Ghouta di Kemang, Jakarta, Kamis (8/3).
Foto: republika/fuji eka
Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggelar acara Ngobrol Kemanusiaan bertajuk Selamatkan Ghouta di Kemang, Jakarta, Kamis (8/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) menginformasikan, ada sekitar 400 ribu orang yang masih hidup dan terkurung di Ghouta, Suriah. Mereka menjadi korban konflik perang sehingga harus hidup bersembunyi dalam bunker-bunker di bawah rumah mereka.

Presiden ACT, Ahyudin mengatakan, ACT membuat dapur umum Indonesia di Ghouta, Suriah. ACT merupakan lembaga kemanusiaan yang didukung oleh donasi dari masyarakat. Donasi tersebut digunakan ACT untuk membiayai sejumlah dapur umum di Ghouta.

"Dana yang kita terima dari masyarakat itulah yang dipakai untuk membiayai dapur umum kita, setiap hari bisa mensuplai 20 ribu paket makanan," kata Ahyudin kepada Republika.co.id saat Ngobrol Kemanusiaan bertajuk Selamatkan Ghouta di Kemang, Jakarta, Kamis (8/3).

photo
Karya Ardian Syaf untuk ACT. Ardian menggambarkan kondisi warga Ghouta, Suriah yang menjadi korban perang.

Ia menerangkan, ACT punya lima mitra di Ghouta, setiap mitra membuat sekitar empat kamp dapur umum. Semua dapur umum yang dibiayai ACT di Ghouta, setiap hari bisa memproduksi 20 ribu paket makanan.

Ia menyampaikan, dapur umum hanya bisa menyediakan 20 ribu paket makanan, sementara warga yang tinggal di Ghouta ada sekitar 400 ribu orang. Tentu jumlah makanan yang diproduksi masih kurang karena masih banyak warga Ghouta yang membutuhkan bantuan.

"Alhamdulillah, dukungan masyarakat Indonesia melalui ACT, menyebabkan kita terus bisa membuat program dapur umum di sana," ujarnya.

Ahyudin mengakui, ada kendala membawa bahan-bahan makanan ke Ghouta. Sebab, tidak mungkin membawa makanan menggunakan mobil truk dengan cara konvoi dari Turki ke Ghouta. Bantuan dalam sekala besar tidak bisa masuk ke Ghouta.

Oleh karena itu, ACT harus memanfaatkan relawan kemanusiaan lokal yang sudah bertahun-tahun bekerja di Suriah. Bahan-bahan makanan memang masih ada, tapi harganya sudah sangat mahal.

"Harganya sudah 70 persen lebih mahal, dibanding harga normal," ujarnya.

ACT rencananya akan memberangkatkan kapal kemanusiaan yang membawa beras sebanyak 1.000 ton untuk warga Suriah yang jadi korban konflik. Kapal kemanusiaan diberangkatkan dari Aceh bulan depan melalui Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement