Sabtu 02 Dec 2017 16:42 WIB

Nilai Kerelawanan Dinilai Kian Meluntur

Rep: Novita Intan/ Red: Joko Sadewo
Gelandangan dan pengemis.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Gelandangan dan pengemis. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sikap kerelawanan merupakan warisan produktif bangsa Indonesia. Nilai kerelawanan disebut sebagai salah satu nilai yang mampu mengikat simpul-simpul masyarakat menjadi satu kerukunan dan saling menanggung.

Direktur Mobilisasi Zakat, Infaq dan Shadaqah Dompet Dhuafa,Bambang Suherman mengatakan kebahagian sebagai manusia adalah apabila dirinya merasa dibutuhkan orang lain. "Ini membuat kita merasa punya makna. Bentuk kerelawan mampu menjadi ruang nurani publik," ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Sabtu (2/12).

Kendati demikian, Bambang mengakui, ruang-ruang sebagai manusia mulai hilang akibat kesibukan aktifitas masyarakat sehari-hari. Masyarakat perkotaan terjebak dalam monotonisme dengan pekerjaan sehingga menghilangkan aspek kemanusiaan.

"Setiap orang pasti terjebak dalam masalahnya sendiri.Padahal masih ada orang lain yang lebih menderita. Maka untuk bisa menyelesaikan masalah sendiri maka bantu selesaikan masalah orang lain," ungkapnya.

Padahal, kata Bambang, dalam mengembangkan kesukarelawanan tidak perlu datang ke tempat bencana. Setiap orang bisa mengembangkan ruang kerelawanan di kota (urban volunteerism).

"Kerelawanan menjaga nilai-nilai kemanusiaan masyarakat kota. Kerelawanan hadir untuk memastikan masyarakat kota tetap saling membutuhkan, berinteraksi dan hidup sebagai makhluk sosial," kata Bambang.

Menurutnya, dengan keterlibatan masyarakat urban dalam masalah kemanusiaan yang dikemas dengan cara atau gaya khas masyarakat urban, akan lebih mudah berhasil. "Tantangan terbesarnya adalah kemasan acara dan tawaran keterlibatan yang produktif," terangnya.

Adapun masalah perkotaan yang dimaksud adalah kemiskinan, yang juga menjadi salah satu masalah pelik di Indonesia. "Kemiskinan metropolitan menunjukkan pola pembangunan yang kontradiktif: kualitas hidup yang tinggi namun dengan kemiskinan yang massif," ujar Bambang.

Pada aspek inilah Dompet Dhuafa mengajak masyarakat kota kembali menghidupkan rasa kemanusiaan lewat program kerelawanan masyarakat urban. Dompet Dhuafa tetap konsisten mengajak sebanyak mungkin masyarakat dalam kegiatan kemanusiaan dan zakat.

"Di masa akan datang bahkan kita akan menggunakan instrumen teknologi untuk memperluas dan mempermudah dinamika para Volunteer. Melalui Urban volunterisme akan mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement