Senin 27 Nov 2017 10:35 WIB

Dikembangkan Kampung tanpa Asap Rokok

 Kepala Rumah Sehat BAZNAS (RSB) Indonesia dr. Meizi Fachrizal Achmad, M.Si (kanan), didampingi tokoh masyarakat Bantul Mbah Tujilan (kedua dari kanan) meresmikan program Kampung Tanpa Asap Rokok di Dusun Sulangkidul, Desa Jetis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Sabtu (25/11).
Foto: dok. Istimewa
Kepala Rumah Sehat BAZNAS (RSB) Indonesia dr. Meizi Fachrizal Achmad, M.Si (kanan), didampingi tokoh masyarakat Bantul Mbah Tujilan (kedua dari kanan) meresmikan program Kampung Tanpa Asap Rokok di Dusun Sulangkidul, Desa Jetis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Sabtu (25/11).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kebiasaan merokok di mana saja telah menjadi masalah sosial bersama. Asap rokok yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan orang disekitar yang tidak merokok. Bahkan menurut data yang pernah ditulis Profesor Dadang Hawari  menunjukkan 90 persen pengguna narkoba berasal dari perokok.  

Melihat kondisi tersebut, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) meluncurkan program pemberdayaan masyarakat bertajuk Kampung Tanpa Asap Rokok (KTAR). 

Kepala Rumah Sehat BAZNAS (RSB) Indonesia dr. Meizi Fachrizal Achmad, M.Si, usai meresmikan KTAR di Dukuh Sulangkidul, Desa Jetis, Kabupaten Bantul, Yogyakarya, Sabtu (25/11) dalam keterangan tertulisnya menyatakan, kegiatan ini daftarkan sebagai bagian dari list program Zakat for SDGs. Dari 17 poin Sustainable Development Goals yang merupakan program Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ini masuk bidang kesehatan.

Program ini terdapat di beberapa titik di Indonesia termasuk di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, tempat Rumah Sehat BAZNAS-PT Timah. KTAR adalah program pemberdayaan masyarakat yang ditargetkan dalam 2 tahun bisa dikembangkan menjadi program nasional yang diterapkan BAZNAS di seluruh Indonesia.

Semula banyak warga yang keberatan terhadap ide tersebut, sehingga setiap ada kegiatan mereka lebih suka berada di luar ketimbang dalam rumah untuk menghindari imbauan tidak merokok.  Namun,  karena tim RSB Yogayakarta gencar melakukan persuasi dan sosialisasi, kini warga sadar dan mengikuti mengampanyekan gerakan ini.

Warga yang ingin merokok tak lagi melakukannya di tempat ibadah, sarana pendidikan, pekarangan, dalam rumah dan sejenisnya. "Ini dibuat agar seluruh warga, baik perokok maupun bukan, merasa nyaman," katanya.

Tokoh masyarakat Bantul, Mbah Tujilan. Menurutnya larangan merokok juga berlaku bagi para pendatang atau tamu yang berkunjung ke permukiman warga. Warung rokok juga ikut mendukung dengan tidak memasang poster dan iklan rokok, menganjurkan orang tua mengganti rokok dengan permen atau jamu serta melarang anak-anak membeli rokok.

Memang tak ada paksaan untuk mengikuti aturan yang telah disepakati bersama, tetapi lambat laun warga mulai malu merokok. Tidak ada hukuman yang diterapkan kepada warga. Kalau mereka ingin merokok yang penting tidak terlihat di mata umum. Kini anggota keluarga masyarakat juga sudah memiliki kesadaran yang baik tentang bahaya merokok. Pecandu rokok akan malu sendiri bila merokok diketahui tetangga hingga anak-anak.

Sosialisasi ini juga diikuti remaja dan pemuda, mereka turut menegur kalau ada pedagang lewat atau warga yang melintas sedang merokok. Tujilan mengaku kebiasaan merokoknya mulai berkurang sejak ada KTAR. "Saya perokok berat, kebiasaan merokok berkurang mungkin karena larangan di rumah, jadi terbawa ke mana-mana," ujarnya.

Manajer RSB Yogyakarta dr. Tria mengatakan selama Januari-Oktober 2017, Rumah Sehat BAZNAS sudah memiliki peserta yang terdiri atas 6.958 kepala keluarga (KK) atau 17.716 jiwa. Mereka berasal dari kalangan kaum dhuafa atau asnaf fakir dan miskin.  Dalam rentang waktu yang sama, RSB telah melayani total 37.297 penerima manfaat.

Pihaknya telah menyalurkan dana hampir Rp 2 miliar untuk pelayanan kesehatan gratis bagi 37.297 warga kurang mampu di Bantul, Yogyakarta dan sekitarnya. Ini adalah rumah sehat yang didirikan BAZNAS bekerja sama dengan Metro TV dan Universitas Islam  Indonesia (UII) Yogyakarta. Kedatangan tim BAZNAS Media Center (BMC) dan Humas BAZNAS pusat menjadi kejutan karena bertepatan dengan peringatan soft launching ke-6 RSB Yogyakarta.

Sedangkan pelayanan kesehatan luar gedung meliputi program seperti Unit Kesehatan Keliling, Program Anak Sekolah Sehat, Mitra Keluarga Pra Sejahtera, Tim Kesehatan Tanggap Bencana yang berkolaborasi dengan BAZNAS Tanggap Bencana (BTB). Tahun 2017 ada Program Pemberdayaan Kesehatan Berbasis Masyarakat atau community development, di antaranya Omah Cegah Dimensia, Pilah Sambah, Kawasan Sehat Bebas Asap Rokok, Taman Gizi dan Pilah Sampah. 

“Walau gratis pelayanan prima tetap kami jaga dan utamakan,” kata dokter asal Ngawi, Jawa Timur, 1986 ini. Setelah resmi beroperasi sejak tahun 2011, RSB terus tumbuh menjadi pusat kesehatan kaum dhuafa. Ke depan RSB akan fokus pada aspek promotif dan preventif. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement