Rabu 22 Nov 2017 20:52 WIB

Baznas Segera Luncurkan Sedekah QR

Rep: mg02/ Red: Hiru Muhammad
Diskusi Bedah Zakat dan Peluncuran Majalah BAZNAS di Kantor BAZNAS,  Jakarta, Rabu (22/11).
Foto: dok. Baznas
Diskusi Bedah Zakat dan Peluncuran Majalah BAZNAS di Kantor BAZNAS, Jakarta, Rabu (22/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan teknologi semakin mempermudah segala bentuk aktifitas masyarakat, khususnya kemajuan pada sektor ekonomi. Hal ini kemudian dilihat Baznas sebagai kesempatan untuk mengembangkan kemudahan dalam memberikan layanan kepada publik melalui program Sedekah Quick Response (QR).

Deputi Baznas, M Arifin Purwakananta menuturkan, program Sedekah QR yang akan segera diluncurkan nantinya akan memanfaatkan teknologi kode QR dan akan disebar di tempat-tempat keramaian. Sebagai tahap awal, Baznas akan memulai dengan menyebar di lima kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.

"Segera akan kita launching Sedekah QR. Target kita awal Desember 2017 ini," ujar Arifin  usai Diskusi Bedah Zakat dan Peluncuran Majalah Baznas di Menara Taspen Jakarta, Rabu (22/11). Program Sedekah QR ini sangat mudah dilakukan. Caranya adalah masyarakat yang ingin memberikan zakat, infak dan sedekahnya cukup dengan memfoto barcode yang disebar oleh pihak Baznas di sejumlah lokasi yang telah ditentukan.

Baznas sedang mencoba memberikan kemudahan dalam bersedekah bagi masyarakat dengan menggunakan layanan yang berbeda. Ia menambahkan, selama ini masyarakat berinfak melalui ATM, m-Banking. Karena perkembangan teknologi, ada juga yang melalui e-Money dan yang teranyar adalah melalui teknologi kode QR. 

 

Sedekah QR akan mempermudah masyarakat dalam memberikan zakat, infak dan sedekahnya. Setiap tahun, potensi zakat baik dari perusahaan maupun perorangan mencapai 217 triliun rupiah. Dari jumlah itu, setengahnya berasal dari individu atau sekitar 100 triliun rupiah.  Arifin mengakui dari total itu pihaknya baru bisa menyerap dana zakat sekitar 6 triliun rupiah. 

Adanya selisih yang cukup besar ini disebabkan beberapa hal. Seperti kebiasaan masyarakat desa yang lebih senang menyalurkan zakatnya kepada tokoh-tokoh setempat, serta kurangnya tenaga profesional di tubuh Baznas sendiri. Pihaknya akan menutupi kekurangan itu dengan menempatkan tenaga ahli di sejumlah daerah yang selama ini belum dilakukan.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Asep Saefuddin Jahar memandang tidak terserapnya potensi zakat secara total karena kurangnya komunikasi yang baik antara Baz maupun Laz dengan pemerintah. Ia membandingkan dengan apa yang terjadi di Malaysia."Kalau kita ingin melibatkan negara dalam konteks distribusi, maka pas mengambil contoh Malaysia," katanya. 

Pemerintah Malaysia bekerja sama dengan Laz untuk menentukan objek mana yang akan diserap potensi zakatnya, juga objek yang akan disalurkan zakatnya. Sehingga dengan ini ada kesempatan untuk memaksimalkan zakat secara total.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement