Selasa 10 Oct 2017 09:18 WIB

Kekeringan Mojokerto, ACT Distribusikan 10 Tangki Air Bersih

Warga mengantre untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama musim kemarau.
Foto: Dok ACT
Warga mengantre untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, MOJOKERTO -- Warga Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur (Jatim) mulai dilanda kekeringan. Ini karena sudah dua bulan sumber air tak kunjung menyemburkan air dan hujan tak kunjung turun. Merespons hal tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jatim segera meluncur dengan membawa bantuan 10 tangki air bersih.

Saat musim kemarau tiba, warga Desa Kunjorowesi akan bergelut dengan keringnya sumber mata air. Masyarakat yang tinggal di Dusun Gadon dan Dusun Kandangan, Desa Kunjorowesi biasanya mengandalkan air bersih dari kawasan situs Candi Belahan atau lebih dikenal dengan sebutan Sumber Tetek.

Namun, akibat faktor alam dan mulai berkurangnya pepohonan yang berada di kawasan tersebut mengakibatkan berkurangnya sumber air. Melalui seorang mitra ACT Jatim, info mendesaknya kebutuhan air bagi warga Kunjorowesi ini diterima.

“Kondisi kekeringan di Desa Kunjorowesi cukup parah,” ujar Ali kepada ACT Jawa Timur.

Tim ACT Jatim lantas segera meluncur menuju desa yang menjadi pusat penambangan pasir dan batu (sirtu) kawasan Gunung Penanggungan tersebut. Setelah menempuh perjalanan berkilo-kilo meter jauhnya melintasi jalanan rusak berat yang sempit, menikung tajam, dan menanjak, tibalah mereka di Dusun Gadon dan Dusun Kandangan, Desa Kunjorowesi.

Benarlah adanya, krisis air terjadi di desa ini dan kondisinya cukup memprihatinkan. Berada di ketinggian gunung yang gersang, kekeringan telah menjadi paceklik yang berlarut-larut bagi warga yang tinggal di kampung tertinggi Kabupaten Mojokerto ini.

Tak hanya di kemarau saja mereka kesulitan air bersih, musim hujan pun mereka mengalami derita yang sama. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga harus mengantre berjam-jam lamanya. Ironisnya, air yang didapatkan hanya dua jeriken setiap harinya. Bahkan, mereka hanya mendapatkan satu jeriken jika musim kemarau tiba.

“Saat musim kemarau tiba, sumber air benar-benar lumpuh. Warga hanya mengandalkan bantuan air dari pemerintah. Itu pun tidak rutin mengingat jalur yang sulit dilalui membuat truk tangki air enggan masuk ke desa ini. Jika tidak ada bantuan yang datang, mereka pun terpaksa membeli air bersih dari desa lain seharga Rp 7.000 untuk dua jeriken,” ujar Rohadi selaku Penanggung Jawab Program ACT Jatim melalui siaran persnya.

Maka untuk meringankan beban mereka, sebanyak 10 tangki didistribusikan ke desa Kunjorowesi, Rabu (4/10). Bantuan air bersih ini dinikmati sekitar 350 kepala keluarga. Menurut Rohadi, 10 tangki air bersih ini merupakan tahap pertama distribusi air bersih bagi warga Desa Kunjorowesi.

Selain di Desa Kunjorowesi, kebutuhan air bersih juga dirasakan di beberapa desa sekitarnya. Misalnya saja Desa Kutorejo dan Desa Manduran Kecamatan Ngoro, serta Desa Dawarblandong, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. “Selama Oktober ini, ACT akan bantu memasok kebutuhan air bersih ke lokasi-lokasi tersebut. Rencananya, kegiatan ini akan dilaksanan setiap Rabu dengan melibatkan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dan PDAM Mojokerto. Insyaallah, ke depannya ACT dan MRI akan menggali upaya-upaya yang solusional agar permasalahan kekeringan ini tidak terjadi lagi. Atau paling tidak, kekeringan ini tidak separah seperti sekarang,” tambahnya.

Dari data yang didapat tim program ACT Jatim, jumlah warga dari empat desa yang menanti kiriman air bersih sebanyak 600 Kepala Keluarga. Menyikapi hal ini, program wakaf sumur tengah diupayakan sebagai solusi di berbagai daerah kekeringan di Jawa Timur. “Kami berharap dapat menggandeng berbagai lapisan masyarakat Jawa Timur untuk bersinergi dalam merealisasikan program ini. Mohon doanya,” kata Rohadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement