Kamis 07 Sep 2017 18:59 WIB

Dompet Dhuafa Mobilisasi Rp 2,5 Miliar untuk Rohingya

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Qommarria Rostanti
Jamaah mengikuti Zikir Akbar untuk Rohingya oleh Dompet Dhuafa bersama Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustaz Arifin Ilham di Masjid Al Madinah, Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/9).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Jamaah mengikuti Zikir Akbar untuk Rohingya oleh Dompet Dhuafa bersama Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustaz Arifin Ilham di Masjid Al Madinah, Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dompet Dhuafa menjalankan tiga proram untuk korban konflik di Rakhine, Myanmar. Sambil terus mengalirkan bantuan jangka pendek sebagai respons cepat, Dompet Dhuafa juga menyiapkan program pendidikan dan ekonomi untuk jangka menengah.

Direktur Mobilisasi Zakat, Infak, dan Sedekah Dompet Dhuafa Bambang Suherman mengatakan sejauh ini Dompet Dhuafa memobilisasi Rp 2,5 miliar untuk Rohingya dari akumulasi donasi masyarakat untuk kemanusiaan. Dana ini adalah bantuan khusus konflik kemanusiaan.

Dompet Dhuafa juga akan terus menggalang bantuan selama sebulan ini dengan target Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar. Sepekan ini sudah terkumpul Rp 300 juta. "Dengan masifnya informasi, semoga masyarakat Indonesia makin peduli dan penyelesian konflik bisa makin cepat,'' kata Bambang usai acara zikir dan doa untuk Rohingya di Masjid al-Madina Zona Madina Dompet Dhuafa, Parung Kabupaten Bogor, Kamis (6/9).

Secara bertahap, dana bantuan itu sudah bergulir sejak konflik di Rakhine kembali pecah pada 2016. Bantuan ini Dompet Dhuafa gunakan untuk dua program utama yakni bantuan jangka pendek berupa makanan dan kesehatan serta jangka menengah berupa rekonsiliasi via pendidikan melalui sekolah dan ekonomi melalui pasar.

Seiring niat Pemerintah Indonesia yang ingin membangun sekolah di Myanmar, Dompet Dhuafa mempunyai kompetensi di sana. Fokus Dompet Dhuafa terletak peningkatan kapasitas guru. "Sekolah ini kami bisa diakses semua termasuk Rohingya meski tidak punya status kewarganegaraan,'' kata Bambang.

Pendekatan ekonomi melalui pasar juga rencananya akan dilakukan dengan didahului indentifikasi produksi dan kebutuhan konsumen di sana. Pasar dinilai jadi akses ekonomi yang terbuka buat semua dan diharapkan memunculkan kesadaran adanya kebutuhan satu sama lain. "Rekonsiliasi bisa dipercepat dengan ruang publik sehingga konflik bisa ditekan. Ini coba diinisiasi untuk jangka menengah agar konflik tidak berkembang,'' ujar Bambang.

Isu Rohingya penting bagi Dompet Dhuafa. Setelah tragedi yang sama sebelumnya pada 2012, Dompet Dhuafa memperkuat sikap dengan menyerukan penghentian kekerasan terhadap manusia di Rakhine atas alasan apapun.

Sekretaris Perusahaan Dompet Dhuafa M Sabeth Abilawa mengatakan, untuk jangka panjang, Dompet Dhuafa berharap warga Rohingya diakui Pemerintah Myanmar sebagai warga negara. Saat ini mereka merupakan komunitas kewarganegaraan dan kehilangan hak-haknya. Butuh usaha antarpemerintah, termasuk Indonesia, untuk merealisasikan itu.

Dompet Dhuafa mengoptimalkan bantuan respons cepat. Tapi, dalam jangka panjang konflik ini harus diselesaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement