Kamis 21 Sep 2017 14:32 WIB

DD Targetkan Bisa Kelola 10 Rumah Sakit Wakaf untuk Dhuafa

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Hazliansyah
Ketua Yayasan Dompet Dhuafa, Ismail A Said dan Ketua Badan Wakaf Indonesia, Slamet Riyanto menandatangani nota kesepahaman pendirian Rumah Sakit Wakaf (RSW) BWI-DD Spesialis Mata untuk dhuafa, di Gedung Bayt Alquran TMII, Kamis (6/4).
Foto: Republika/Fuji EP
Ketua Yayasan Dompet Dhuafa, Ismail A Said dan Ketua Badan Wakaf Indonesia, Slamet Riyanto menandatangani nota kesepahaman pendirian Rumah Sakit Wakaf (RSW) BWI-DD Spesialis Mata untuk dhuafa, di Gedung Bayt Alquran TMII, Kamis (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa (DD) menargetkan bisa mengelola 10 rumah sakit wakaf untuk dhuafa secara bertahap pada 2017 ini. Rumah sakit-rumah sakit ini diharapkan nebjadi contoh bahwa dhuafa pun laik dapat layanan premium.

Direktur Mobilisasi Wakaf Dompet Dhuafa Ahmad Shonhaji menjelaskan, DD menargetkan pada 2017 ini bisa mengelola 10 rumah sakit wakaf secara bertahap. Hingga pertengahan 2017 ini, sudah ada empat rumah sakit yang DD kelola yakni Rumah Sehat Terpadu (RST) Parung Jawa Barat, RS Aka Sri Bhawono Bandar Lampung, RS Ibu dan Anak As-Sayyidah Jakarta, dan segera menyusul RS Mata Serang Banten.

Masih ada pula aset wakaf yang sedang diproses di Madiun dan Malang. Proses pengelolaan RS wakaf ini berkaitan dengan edukasi dan keterlibatan masyarakat untuk turut mengembangkan aset wakaf secara produktif.

"Kami tidak ingin pengembangan aset wakaf untuk rumah sakit ini oleh DD saja, tapi juga melibatkan masyarakat," kata Shonhaji saat ditemui Republika.co.id di Kantor DD di Jakarta, kemarin.

 

Karena itu, lanjut Shonhaji, wakaf produktif adalah hal yang perlu DD sampaikan kepada masyarakat. Selain wakaf aset, DD berharap dengan wakaf melalui uang dan wakaf uang dari masyarakat, 10 rumah sakit wakaf untuk dhuafa ini bisa direalisasikan.

Shonhaji juga menuturkan, DD punya beberapa pola pengembangan wakaf produktif yakni aset wakaf dan manajemen sepenuhnya milik DD atau aset milik nazhir lain dan manajemennya oleh DD. DD menerima aset yang sudah jadi rumah sakit dan manajemennya oleh DD, seperti RSIA As-Sayyidah Jakarta dan RS Mata Serang. DD bersyukur pertumbuhan pengunjung RSIA As-Sayyidah meningkat dua kali lipat sejak DD kelola tahun ini.

Meski rumah sakit yang DD kelola untuk dhuafa, Shonhaji meyakinkan layananya tidak dhuafa. Pasien RS kelolaan DD memakai sistem anggota yang pada dasarnya para anggota adalah mustahik. Tapi layanan untuk mereka adalah layanan kelas satu walau di rumah sakit kelolaan DD tidak memakai kelas.

"Karena prinsipnya bagaimana DD bisa melayani dhuafa sekaligus jadi contoh jadi fasilitas kesehatan lain bahwa dhuafa laik dapat layanan premium," ungkap Shonhaji.

Selain itu, empat rumah sakit yang DD kelola sejauh ini memang punya spesifikasi sendiri. RS Mata Serang yang akan beroperasi pada akhir September 2017 ini difokuskan untuk pengobatan mata karena ada kebutuhan itu di sana. Selama ini, untuk pengobatan mata, warga Banten harus ke Jakarta atau Bandung. Sementara ekonomi masyarakat di sana juga bukan termasuk kelas menengah.

RS Mata ini diharapkan bisa mendekatkan layanan yang masyarakat butuhkan. Pasien RS Mata sendiri nanti bisa jadi penerima manfaat wakaf, mustahik zakat, dan mauquf alaih atas hasil pengelolaan aset wakaf.

RS Mata Serang merupkan kerja sama DD dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI). BWI memiliki aset kelolaan yang dibangun rumah sakit dan DD diajak untuk mengelola.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement