Senin 26 Sep 2016 04:12 WIB

Dompet Dhuafa Waspadai Efek Turunan Banjir Garut

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Israr Itah
Petugas TNI, Polri, serta Basarnas mencari korban pascabanjir bandang aliran Sungai Cimanuk di Lapangparis, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jabar, Jumat (23/9).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Petugas TNI, Polri, serta Basarnas mencari korban pascabanjir bandang aliran Sungai Cimanuk di Lapangparis, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jabar, Jumat (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Lembaga amil zakat nasional Dompet Dhuafa mewaspadai efek turunan pascabanjir di enam kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, seperti infeksi luka pada korban akibat terkena benda tajam. Dompet Dhuafa juga berencana menurunkan tim pendidikan dan ekonomi untuk menangani sekolah dan ekonomi masyarakat yang terdampak musibah ini.

Melihat kondisi yang terjadi, Direktur Komunikasi dan Mobilisasi Sumber Daya Dompet Dhuafa Bambang Suherman mengatakan, jika bicara rentang program, kemungkinan Dompet Dhuafa akan menangani hingga satu bulan. Namun intensitas posko darurat akan selesai dalam sepekan. Sementara aksi layanan kesehatan (ALS) masih akan dipertahankan agak panjang, hingga satu dua bulan.

Layanan dasar ALS per kali digelar bisa melayani 100-150 orang. ALS di Kecamatan Banyuresmi saja, kata Bambang, bisa sebulan untuk memastikan semua korban mendapat layanan kesehatan dasar. Yang perlu diwaspadai adalah efek turunan seperti infeksi akibat pada korban akibat menginjak benda tajam atau logam yang berkarat.

''Pantauan dan lain-lain kemunkinan sebulan, sementara pengoperasiann posko sekitar satu dua pekan lagi. Semoga tidak ada tambahan air dari hulu,'' kata Bambang saat ditemui di Posko Bantuan Dompet Dhuafa, Jumat (23/9).

Bagian program tanggap darurat yang akan diperpanjang dari Dompet Dhuafa adalah aksi layanan kesehatan (ALS). Sementara melihat dampak, ia mengatakan kerusakan rumah warga tidak separah banjir Baleendah di Bandung dan banyak yang bisa dibantu perbaikan saja.

Karena pasar tetap beroperasi, mayorits warga tidak kehilangan mata pencarian, alur logistik tidak terputus, dan jalan tidak terputus, proses pemulihan di Garut jadi sederhana karena begitu bersih-bersih selesai kehidupan masyarakat bisa kembali normal. Panjang pemulihan bencana tergantung kerusakan yang ditimbulkan parah, akses tertutup, dan suplai logistik terhambat.

''Karena itu tidak terjadi di sini, tanggap bencana kemungkinan hanya satu pekan walau kerja bersih-bersihnya bisa dua bulan,'' tutur Bambang.

Proses pemulihan sendiri fokus pada fasilitas umum, seperti di SDN Sukaratu I. Karena ada kelas yang roboh, perbaikan di SDN Sukataru I bisa menyeluruh.

Di Dompet Dhuafa, lanjut Bambang, program pascapemulihan dan normalisasi satu paket, normalisasi sendiri akan disertai pendampingan setidaknya satu tahun. Selain pendidikan, Dompet Dhuafa akan menurunkan tim ekonomi untuk melihat dampak ekonomi pada warga korban banjir.

Dompet Dhuafa memiliki Social Trust Fund yang  merupakan program permodalan dan pendampingan berbasis kawasan bencana. Dalam STF, kelaikan ekonomi warga yang jadi korban diukur sebelum kejadian bencana.

''Jadi program lanjutannya adalah pendidikan dan kemungkinan besar akan ditambah ekonomi. Tanggap darurat tidak ada yang diperpanjang kecuali ALS,'' ungkap dia.

Dari pantauan Dompet Dhuafa, tim pemantau di hulu masih dikerahkan. Selain itu, akan dipasang pula alat deteksi bencana di sana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement