Rabu 20 May 2015 22:26 WIB

Tubuh Pengungsi Rohingya Ringkih

PKPU memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya di Aceh.
Foto: PKPU
PKPU memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya di Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH - Kondisi kesehatan para pengungsi Rohingya menjadi perhatian yang sangat serius bagi lembaga kemanusiaan PKPU. Tubuh mereka terlihat ringkih dengan perut membuncit, menandakan gizi mereka kurang. Pemicunya selama tiga bulan perjalanan didalam kapal, makanan mereka dibatasi dan masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Bahkan ada sekitar 34 orang yang meninggal di dalam kapal.

PKPU Aceh bekerjasama dengan IHH (Insani Yardim Vakfi) Lembaga Kemanusiaan Internasional Turki melaksanakan program solidaritas untuk Rohingya. Kabid Program PKPU Aceh Apriadi mengatakan program yang dilakukan ini berbentuk pemberian bantuan sandang dan pangan.

“Untuk memenuhi gizi nya, kami memberikan dua ekor sapi dan siap saji. Selain itu PKPU Aceh juga memberikan perlengkapan ibadah seperti mukena, sarung dan selimut," katanya, Rabu (20/5).

Pria yang akrab disapa Didi ini mengatakan, agenda solidaritas untuk Rohingya selain pemberian pemenuhan gizi dan bantuan perlengkapan ibadah, PKPU juga melaksanakan layanan kesehatan bagi para pengungsi. Jumlah pasien yang ditangani tim medis dari PKPU selama tiga hari sejak Ahad (17/5) berjumlah 25 orang dengan penyakit yang beragam. Dimulai dari penyakit lambung, diare, penyakit kulit, demam tifoid, hingga luka robek akibat batu dan kayu.

 

Saat ini tempat tinggal sementara para pengungsi di Aceh Utara terbagi menjadi dua wilayah. Mereka yang berasal dari Rohingya sebanyak 332 orang tinggal di gedung Tempat Pendaratan IKan (TPI) desa Kuala Cangkoi, Lapang. Sedangkan mereka yang berasal dari Bangladesh sebanyak 238 orang ditempatkan di kantor Imigrasi Paya Panteuet Lhokseumawe.

Kehidupan suku Rohingya saat ini memang lebih baik bila di bandingkan dengan 3 bulan terakhir ketika mereka masih berada di kapal. Mereka menempati 6 asrama yang terdiri dari 2 asrama di kantor imigrasi dan 4 asrama di desa kuala congkoi, Lapang.

Untuk pengungsi yang berada dilapang terdapat beberapa posko pemerintahan yang berjaga-jaga disekitar. Di antaranya tagana, polisi, dan kesehatan. Selain itu, terdapat 1 buah mushola darurat. Sehingga hal ini dapat membantu segala kebutuhan pengungsi.

Namun kondisi ini masih saja banyak kekurangan. Pasalnya dengan jumlah pengungsi 332 orang hanya terdapat 5 buah WC, dengan kondisi kotor dan tidak adanya aliran air. Disana juga hanya tersedia 3 buah sumur dengan kondisi air payau dan sediit keruh. Sehingga proses sanitasi diri masih tidak berjalan dengan baik.

Didi mengatakan hingga saat ini tidak ada kejelasan tentang nasib para pengungsi kedepannya. Bahkan pihak pemerintah sendiri tidak dapat memastikan hal tersebut. Apakah akan dipulangkan kembali ke Negara nya atau menetap di Aceh. Hal ini juga akan berhubungan dengan agenda-agenda edukasi yang akan dilaksanakan PKPU dan beberapa lembaga social lain yang juga akan melaksanakan agenda edukasi. Sehingga perlu adanya koordinasi kembali dengan pihak pemerintah dan beberapa lembaga sosial lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement