Jumat 27 Mar 2015 11:43 WIB

Gigihnya Perjuangan Siswa-Siswa Ini Menaklukkan Negeri Sakura

Siswa SMAIT Insantama berjualan gorengan demi bisa ke Jepang.
Foto: BWA
Siswa SMAIT Insantama berjualan gorengan demi bisa ke Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Senja semakin jingga di stasiun kereta Bogor Kota, pertanda Rizka harus kembali ke pondok (boarding) SMAIT Insantama. Namun, risol yang dijajakan belum laku semua. Siswi kelas XI memutuskan berjalan kaki menuju sekolahnya sambil menawarkan risol.

Meski tubuh penuh peluh karena berjalan kaki 3,5 kilometer, Rizka tidak mengeluh. Ia bertekad untuk pantang pulang ke asrama sebelum habis dagangan. Rizka tidak sendirian, ia dan juga 62 siswa siswi melakukan hal yang sama. Mereka berjualan di tempat tempat strategis di kota hujan. Begitulah salah satu upaya mereka mengumpulkan dana agar dapat ‘menaklukkan’ Jepang.

Menimba ilmu dan pengalaman di Negeri Sakura pada 1-8 November 2015 merupakan mimpi besar dan tekad bulat siswa siswi angkatan IV SMAIT Insantama dalam menjalani Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir (LKMA). Tingginya semangat mereka untuk mewujudkan LKMA ke Jepang menjadikan mereka melakukan fundraising dari sejak kelas X. Dimulai dari tabungan setiap siswa yang Rp 500 per hari.

Mereka selalu memanfaatkan kesempatan untuk mengumpulkan dana tanpa mengenyampingkan kewajiban menuntut ilmu di sekolah dan boarding.

Mereka sering memanfaatkan kesempatan berjualan di boarding ketika agenda kosong. Mereka menjual berbagai makanan dan minuman bagi warga boarding, seperti cireng, batagor, milkshake, dan lain-lain.

Selain itu, mereka juga menyelenggarakan agenda nonton bareng (nobar) dengan harga tiket Rp 3.000. Film yang ditayangkan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru pembimbing dan pembina boarding.

Ketika naik ke kelas XI, kualitas perjuangan ditingkatkan dengan menabung Rp 1.000 per hari. Agenda jualan mereka tidak hanya di boarding, tetapi juga ke luar Insantama dengan berjualan ke berbagai tempat strategis seperti yang disinggung di atas. Tidak hanya itu, kualitas bahasa Arab dan Inggris untuk presentasi di berbagai institusi dan perusahaan yang mereka datangi juga ditingkatkan. Hingga saat ini, berdasarkan agenda audiensi atau presentasi-presentasi yang telah dilakukan, mereka telah fasih mempresentasikan LKMA dan Transformational Leadership menggunakan bahasa Arab dan Inggris tanpa teks.

“Berlatih manajemen dan kepemimpinan justru pada saat kami membentuk tim yang satu, melakukan presentasi, berjualan dan bertemu dengan berbagai pihak agar bersedia memberikan dukungan, terutama dana atas rencana kami ini. 

Pergi ke Jepangnya adalah bonus bagi kesuksesan kami melakukan rangkaian kegiatan tersebut,” ungkap Nashir, dalam bahasa Arab saat mempresentasikan rencana LKMA ‘menaklukkan Jepang’ di kantor BWA, Tebet, Jaksel, 3 Maret lalu.

Apa yang sebenarnya siswa - siswi SMA Insantama ini lakukan saat di Jepang? Ayo Dukung Investasi bangsa untuk Sumber Daya Manusia berkualitas Indonesia klik Siswa SMAIT Insantama akan Menaklukkan Jepang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement