Rabu 11 Jul 2012 16:57 WIB

ACT Gulirkan Program 'Mushalla Kita'

Rep: Damanhuri Zuhri/ Red: Chairul Akhmad
Salah satu mushalla yang didirikan ACT.
Foto: wordpress.com
Salah satu mushalla yang didirikan ACT.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Di pojok dan pinggiran kota Jabodetabek, di daerah kumuh dan miskin, terlihat banyak mushalla kecil yang dinding dan atapnya rusak, tanpa alas karpet, tanpa pengeras suara, papan namanya nyaris terlepas dan pudar.

Bahkan, sebagian mushalla tanpa papan nama. Banyak mushalla yang tanpa tempat wudhu dan toilet. ''Tak kurang dari 50 mushalla kondisinya sangat mengenaskan. Padahal, di mushalla inilah tempat saudara kita ingin khusuk beribadah Ramadhan,'' ungkap Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin.

Menurut dia, pemandangan serupa juga terlihat di kawasan kumuh dan miskin, komunitas pemulung yang tinggal di sudut-sudut kota dan lorong-lorong kumuh dan daerah terpencil.

Di kawasan ini sarana ibadah sangat minim sekali. Tak jarang, mereka memanfaatkan barang-barang bekas seperti kardus, plastik dan sobekan triplek yang disusun menjadi tempat ibadah.

''Bagi mereka, jangankan untuk membangun tempat ibadah, tempat tinggal mereka saja terdiri dari rumah-rumah petak kardus yang kumuh dan sempit. Belum lagi untuk tempat mandi, cuci, dan buang air besar (MCK). Tentu saja sangat jauh dari kebersihan dan kesehatan,'' jelas Ahyudin.

Pemandangan ini, sambung Ahyudin, yang menginspirasi ACT untuk meluncurkan program renovasi Mushalla Kita. Dengan program ini diharapkan masyarakat Muslim yang tinggal di daerah-daerah kumuh dan miskin dapat melaksanakan ibadah dengan khusuk dan nyaman. 

Fungsi mushalla, selain untuk beribadah shalat wajib dan sunah juga sebagai sarana pembinaan keagamaan dan pendidikan terutama belajar ngaji bagi anak-anak santri Taman pendidikan Alquran (TPA).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement