Rabu 13 Nov 2013 18:39 WIB

Manasik Haji Perlu Diperbaiki

Jamaah Haji di Masjidil Haram
Foto: Antara
Jamaah Haji di Masjidil Haram

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mohammad Akbar

Perlu ada standar yang sama kepada para pembimbing haji, baik dari KBIH maupun Kemenag.

Bimbingan manasik kepada para calon jamaah haji menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh Kementerian Agama untuk penyelenggaraan haji tahun depan.

Perbaikan program manasik haji, dianggap sangat mendasar untuk bisa meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji.

''Untuk tahun ini, proses penyelenggaraan haji relatif baik dibandingkan tahun sebelumnya. Walau demikian, ke depannya masih perlu dilakukan perbaikan dan itu terkait dengan aspek ibadah jamaah selama di Tanah Suci,'' kata Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Slamet Effendy Yusuf kepada Republika, di Jakarta, pekan lalu.

Slamet mengatakan, sejauh ini pemerintah lebih banyak menaruh perhatian kepada perbaikan layanan fasilitas jamaah. Di antaranya terkait dengan upaya perbaikan sistem transportasi, pemondokan dan katering.

''Tapi, terkait dengan manasik sepertinya masih belum menjadi titik perhatian,'' ujar pria yang juga aktif sebagai pimpinan di Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Dari hasil temuan tahun ini, Slamet mendapatkan laporan masih ada sejumlah pembimbing haji yang belum memahami rukun haji.

Saat melakukan kunjungan beberapa waktu lalu ke Tanah Suci, ia mengaku cukup prihatin karena sempat mendapatkan laporan adanya jamaah haji khusus yang setelah tiba di Masjidil Haram justru hanya berusaha untuk mencium Hajar Aswad.

Setelah berhasil melakukannya, kata Slamet, sang jamaah lebih memilih kembali ke hotel. Ketika ditanya apakah sudah tawaf dan sa'i, orang itu mengatakan belum.

Petugas kemudian menawarkan untuk mengantarnya kembali ke area tawaf. Namun, tawaran itu ditolak karena dia merasa sudah puas dengan mencium Hajar Aswad.

Selain itu, Slamet juga sempat menerima informasi tentang jamaah yang selesai tawaf langsung pulang ke pemondokannya dan berencana sa'i keesokan harinya.

''Artinya, dia itu kan belum sa'i dan belum tahallul sehingga harus tetap mengenakan pakaian ihram. Ini kan rawan. Karena lazimnya, habis tawaf langsung sa'i dan tahallul sehingga selesai ibadah umrahnya. Di sinilah pentingnya sebuah pembinaan yang harus dilakukan secara serius kepada jamaah,'' kata Slamet.

Dengan adanya temuan semacam itu, Slamet mengatakan, perhatian untuk program manasik menjadi satu hal yang harus diperbaiki.

Namun, ia kurang sependapat jika jamaah yang telah melakukan manasik perlu diberikan sertifikat manasik. Ia justru melihat sertifikasi jauh lebih penting diterapkan kepada para pembimbing haji.

''Selama ini banyak (pembimbing haji) yang tidak tahu apa yang harusnya mereka lakukan. Bahkan, ada hal yang sangat ironis. Ada pembimbing haji yang mengatakan dengan sepuluh kali umrah maka hal itu sudah sepadan dengan satu kali haji. Hal-hal semacam ini masih banyak terjadi,'' keluhnya.

Terkait masukan dari KPIH, pihak Kementerian Agama menyambutnya secara positif. Direktur Pembinaan Haji dan Umrah Kementerian Agama Ahmad Kartono mengatakan aspek pembinaan memang menjadi hal yang perlu diperhatikan kepada setiap calon jamaah haji.

Ia menjanjikan, pada tahun depan sudah ada sejumlah perbaikan terkait dengan pembinaan jamaah ini. ''Tentunya memang perlu ada upaya untuk melakukan perbaikan terhadap hal ini,'' kata Kartono yang saat dihubungi masih berada di Tanah Suci.

Terkait dengan pemberian sertifikat, Kartono lebih condong untuk memberikannya kepada para pembimbing haji. Langkah itu akan diambilnya karena ia menilai perlu adanya standar yang sama kepada para pembimbing, baik itu dari KBIH maupun dari Kementerian Agama.

''Dalam artian, kita perlu membuat orang yang memiliki kemampuan dari sisi bimbingan, penguasaan jamaah, dan manasik itu dengan standar yang setaraf. Semoga saja tahun depan sudah bisa kita lakukan,'' ujarnya.

 

Untuk aspek lainnya, Kartono menyambut apresiasi dari berbagai kalangan yang menilai penyelenggaraan haji tahun ini sudah berjalan baik.

Namun, apresiasi semacam itu tidak akan membuat pihaknya menjadi berbesar hati dan tidak segera melakukan pembenahan.

''Kekurangan itu pasti ada dan itulah yang akan kami perbaiki pada penyelenggaraan haji tahun-tahun mendatang,'' jelas Kartono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement