Kamis 18 Oct 2012 15:28 WIB

Anggito Soroti 5 Masalah Pelayanan Haji

Rep: Heri Ruslan/ Red: Dewi Mardiani
Anggito Abimanyu (kanan) dan pimpinan Amirul Haj, Suryadharma Ali (Menag) saat rapat terkait pelaksanaan puncak haji, di Makkah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Heri Ruslan
Anggito Abimanyu (kanan) dan pimpinan Amirul Haj, Suryadharma Ali (Menag) saat rapat terkait pelaksanaan puncak haji, di Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID,  MAKKAH --  Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag), Anggito Abimanyu, mencatat ada lima masalah yang teridentifikasi dalam proses penyelenggaraan haji 2012. Kelima masalah itu terkait transportasi, katering, pengamanan, pemondokan, dan keterlibatan pemerintah daerah dalam pelayanan di Tanah Suci.

 

‘’Masalah transportasi, terkait terbakarnya bus jamaah dari Madinah ke Makkah,’’ ujar Anggito kepada wartawan, Kamis (18/10).  Pihaknya, kata dia, telah berkomunikasi dengan pihak Naqabah untuk membicarakan masalah ganti rugi koper jamaah yang terbakar. Selain itu juga persoalan kapasitas bus pengangkut jamaah dari Madinah ke Makkah yang kecil, sehingga koper tak terangkut.

 

Terkait katering, kata Anggito, yang menjadi masalah adanya temuan roti berjamur di Madinah.  Selain itu, kata dia, masih adanya keterlambatan pelayanan kedatangan katering. Namun, ia memastikan bahwa masalah tersebut telah selesai diatasi.

 

Masalah ketiga, tutur dia, terkait keamanan. Pada musim haji 2012, jumlah jamaah yang menjadi korban penipuan, pencurian, dan penjambretan meningkat. Hingga Rabu (17/10), jumlah kerugian yang dialami jamaah akibat aksi kriminalitas selama di Makkah mencapai Rp 267 juta dan 94.865 riyal Arab Saudi.

 

Guna mencegah banyaknya jamaah yang kehilangan uang, kata Anggito, solusinya adalah bekerja sama dengan bank pemerintah. Agar tak menyimpan uang dalam bentuk tunai, kata dia, jamaah bisa menyimpan uangnya dalam bentuk ATM. ‘’Namun, belum ada bank yang siap,’’ tutur Anggito.

 

Selain itu, pihaknya juga menambah jumlah tenaga pengamanan dengan memperbantukan petugas dari berbagai sektor. ‘’Kita juga bekerja sama dengan kepolisian Masjidil Haram,’’ tutur Anggito. Pemerintah juga telah  membentuk unit pelayanan khusus bagi jamaah yang tersesat atau tertinggal saat beribadah di Masjidil Haram.

 

Masalah lainnya adalah terkait pemondokan. Menurut dia, masih ada pemondokan di Makkah yang tak sesuai kapasitas dan ada pula yang ternyata tak bisa dipakai. Untuk mengatasi itu, pihaknya telah mencarikan pemondokan pengganti.

 

‘’Ada pula pemondokan yang tak memiliki dapur, sehingga jamaah tak bisa memasak,’’ paparnya.  Guna mengatasi masalah itu, pihaknya memberikan katering kepada jamaah yang pemondokannya tak dilengkapi dapur. ‘’Kita berikan katering, dua kali sehari.’’

 

Masalah lainnya adalah keterlibatan pemerindah daerah dalam memberikan layanan kepada jamaah haji selama di Tanah Suci. Sejumlah pemda ada yang memberikan layanan katering dan transportasi kepada jamaahnya. Hal itu kerap menimbulkan kecemburuan pada jamaah lain.

 

Meski begitu, kata Anggito, kinerja petugas haji Indonesia tahun ini diakui lebih baik.  ‘’Respons petugas baik di tingkat sektor maupun daker sangat cepat,’’ paparnya. Selain itu, kinerja tenaga kesehatan juga diakui sangat baik.  Hal itu, kata dia, dibuktikan dengan cepatnya pelayanan kesehatan dan kunjungan dokter serta perawat ke setiap pemondokan jamaah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement